Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sekarang Kami Tidak Lagi Dijadikan Pasukan Bulog, Apa Dosa Kami?"

Kompas.com - 28/02/2015, 16:12 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), Ngadiran, heran dengan pemerintah yang seolah lupa fungsi dan keberadaan asosiasi pedagang yang bisa membantu untuk menyetabilkan harga beras di pasar. Dia bilang, sejak 1980 hingga 1998, asosiasi pedagang acapkali dilibatkan untuk meredam gejolak harga di pasar. Namun, setelah itu asosiasinya yang terdiri dari koperasi-koperasi kecil tidak pernah sekalipun mendapat alokasi dari Perum Bulog untuk membantu stabilisasi harga.

“Kalau selama ini kita pernah dijadikan pasukannya Bulog, sekarang tidak pernah lagi, apa salah dan dosa kami?” tanya Ngadiran dalam sebuah diskusi, di Jakarta, Jumat (28/2/2015).

Ngadiran mengatakan, beberapa hari belakangan, pihaknya diminta Kementerian Koperasi dan UKM untuk menginventarisasi koperasi yang sekiranya bisa digandeng untuk stabilisasi harga. Tapi belum rampung mendata, ada tanda-tanda harga beras bakal turun. “Apa tidak sejuk itu, Bu?” sindir Ngadiran kepada Direktur Utama Pelayanan Publik Perum Bulog Lely Pritasari Subekti.

Dia tidak menampik kemungkinan ada pedagang besar maupun kecil yang mengambil kesempatan, sehingga harga beras menembus Rp 12.000 per kilogram. Meski begitu, dia meminta agar pemerintah berlaku bijak.

“Mohon maaf petinggi negeri ini, kalau organisasi kecil, koperasi kecil kalau ada yang tidak benar, tugasnya pejabat membetulkan. Kalau (pedagang) ada yang salah, cubit dan tegur saja. Jangan tidak pernah dilibatkan,” imbuh Ngadiran.

Dalam operasi pasar yang dilakukan Perum Bulog Desember-Januari lalu, asosiasi pedagang Ngadiran tidak mendapat alokasi sama sekali. Jangankan memperoleh 100 ton beras, kata dia, 5 ton beras pun tidak didapat. Dia merasa, seperti pasukan yang terlupakan.

“Kami ini seperti pemadam kebakaran. Kalau ada kebakaran kan orang ingat, kalau tidak ada ya tidak ingat. Ini kan sebenarnya sudah (terjadi) kebakaran (harga beras melejit), tapi kita disuruh terjun bagaimana, wong airnya ndak ada,” ujarNgadiran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com