Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkeu: Negara Lain Lemahkan Mata Uangnya agar Daya Saing Naik

Kompas.com - 06/03/2015, 20:59 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, beberapa negara sengaja melemahkan nilai tukar mata uang mereka terhadap dollar AS. yang paling kentara adalah Yen Jepang, Dollar Australia, dan Euro.

“Beberapa mata uang dengan sukarela melemahkan dirinya, karena dia butuh untuk kepentingan ekonominya, untuk daya saingnya. Sehingga dia memang sengaja melemahkan posisi mata uangnya,” kata Bambang, di Jakarta, Jumat (6/3/2015).

Bambang tidak menampik, kesengajaan beberapa negara melemahkan kurs mereka berpeluang menekan daya saing produk Indonesia. Namun dia menuturkan, kurs hanyalah salah satu faktor yang akan menentukan daya saing produk. Yang paling penting, kata Bambang, adalah produksi secara umum.

Menurut Bambang, Indonesia masih bisa memanfaatkan pelemahan rupiah untuk mendorong produk-produk manufaktur, tak peduli beberapa negara yang sengaja melemahkan kurs mereka. Dia melihat Korea dan Jepang bukanlah pesaing produk manufaktur Indonesia.

“Jepang keteteran kalau ekspor manufaktur, orang-orangnya sudah tua, upah sudah tinggi. Jadi, Jepang memang tidak masuk lagi di manufaktur kecuali yang high tech. Manufaktur Korea juga beda,” ujar Bambang.

Sementara itu, dia mengatakan, Australia sudah lama meninggalkan industri manufaktur sejak penguatan mata uangnya.

“Mereka (Australia) memang sudah tidak main lagi di manufaktur. Saya sih masih optimistis kita punya peluang,” kata dia.

Ekspor otomotif

Justru, lanjut Bambang, saat ini merupakan momentum terbaik bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor manufaktur. Apalagi, sambung dia, manufaktur yang mempunyai keunggulan, seperti produk yang berbasis sumber daya alam atau yang pasar ekspornya tinggi, misalnya otomotif.

“Sekarang saya berharap industri mobil makin gencar ekspor mobil sama motor. Daripada jual mobil-motornya bikin macet Jakarta, mendingan itu diekspor,” ucap Bambang.

Dia bilang, saat ini manufaktur otomotif di Indonesia sudah terbilang kompetitif. Meskipun biaya produksi penting, namun industri ini bisa memanfaatkan pelemahan kurs, apalagi yang memiliki skala produksi besar.

“Jadi, tetap ada ruang untuk kita tetap tumbuh dengan melihat pesaing kita yang seperti itu,” tukas Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com