Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Musnahkan 36,3 Ton Apel Berbakteri

Kompas.com - 07/03/2015, 11:47 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Pemerintah melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) melakukan pemusnahan 36,3 ton Apel asal Amerika Serikat dengan alat pembakar "insenerator" di Karawang. Pemusnahan apel itu dilakukan lantaran terbukti mengandung bakteri yang tidak aman dan tidak layak di konsumsi.

"Badan karantina pertanian memiliki tupoksi mencegah masuk dan tersebarnya hama penyakit," ujar Kepala Barantan Banun Harpini dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jakarta, Jumat (6/4/2015).

Apel tersebut merupakan apel yang ditemukan pada tanggal 28 Januari 2015 oleh Badan Karantina Pertanian di Tanjung Priok. Penemuan apel antibakteri itu diketahui setelah pemerintah menerima dokumen permohonan importasi PSAT (Apel) dari USA via Singapore.

Menerima dokumen itu, pemerintah langsung menindaklanjuti pada tanggal 30 Januari 2015 dengan pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel untuk pengujian laboratorium lebih lanjut.

Hasilnya, uji laboratorium Karantina Pertanian Tanjung Priok tertanggal 01 Pebruari 2015 menunjukkan positif terkontaminasi bakteri Listeria monocytogenes pada 2 (dua) consignment masing-masing dengan nomor OOLU6201988 volume 16.841 kilogram dan nomor OOLU6200929 volume 19.491 kilogram atau setara dengan 36,3 ton.

Isu keamanan pangan (food safety) saat ini menjadi isu yang kembali mencuat di dunia internasional dan telah diakomodir melalui aturan International Codex sebagai rujukan untuk seluruh negara. 

Apalagi, setelah tercemarnya apel asal AS oleh bakteri Listeria monocytogenes. Dampaknya, berbagai negara yang mengimpor apel tersebut dibuat was-was termasuk Indonesia. Pasalnya, peredaran apel itu menyangkut kesehatan dan keselamatan manusia berkenaan dengan cemaran kimia, biologi, residu pestisida dan menjadi hak masyarakat untuk mendapatkan pangan yang aman dan layak dikonsumsi.

Berkenaan dengan hal tersebut, Badan karantina pertanian yang memiliki tupoksi mencegah masuk dan tersebarnya Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dan mengawasi keamanan hayati hewani/ nabati (keamanan pangan/food safety) telah melakukan pengawasan setiap pemasukan pangan segar yang masuk ke dalam wilayah Indonesia.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com