Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Anjlok, Menkeu Sebut Masih Banyak Transaksi di RI yang Gunakan Dollar AS

Kompas.com - 11/03/2015, 09:12 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Penggunaan mata uang rupiah untuk transaksi di dalam negeri telah diatur dalam melalui Undang-undang No 7 tahun 2011 tentang mata uang. Namun hingga saat ini, penerapannya dan penegakkan hukum bagi pelanggar peraturan diakui masih longgar.

“Kita sudah punya alat yang sangat bagut UU Mata Uang. Tapi selama ini mungkin kita belum terlalu kencang melakukan law enforcement. Masih banyak transaksi di Republik Indonesia, bahkan antar pihak di Indonesia sendiri yang masih menggunakan dollar AS,” jelas Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro, di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (10/3/2015).

Bambang mengatakan, permintaan valuta asing seperti dollar AS untuk berbagai keperluan atau transaksi di dalam negeri akan berpengaruh terhadap melemahnya kurs rupiah. Sayangnya, kendati memiliki perangkat aturan untuk mengantisipasi pelemahan kurs akibat permintaan valas yang tinggi, pelanggaran terhadap aturan tersebut masih belum tertangani oleh pihak berwajib.

Memang sebelumnya sudah ada nota kesepahaman antara Bank Indonesia dan kepolisian terkait penegakan hukum. Namun, Bambang menyebutkan, pelanggaran terhadap UU Mata Uang baru bisa ditindaklanjuti setelah ada pelaporan, sebab sifatnya delik aduan.

Pusat pengaduan
Atas dasar itu, dia bilang, Kementerian Keuangan dan bank sentral akan membentuk tim gabungan untuk menerapkan law enforcement terhadap pelaksanaan UU Mata Uang. Salah satunya, akan dibuat pusat pengaduan (call center).

“Kalau ada orang mengadukan ada pihak yang meminta pembayaran dengan dollar AS, maka dia bisa mengadukan. Tapi kalau mengadukannya susah, orang tidak akan mengadukan. Maka kita permudah pengaduannya,” ujar Bambang.

Bambang mengakui, meski sudah ada aturannya, mungkin masyarakat bingung ke mana harus menyampaikan aduan. Oleh karena itu, pemerintah membuat mekanisme lebih jelas siapa yang harus dihubungi jika ada pelanggaran UU Mata Uang.

“Bentuknya call center sehingga mudah diingat, mudah dijangkau, dan ada petugas yang bisa tindak lanjuti,” sambung Bambang.

Suplai dollar AS
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan profil supply-demand dari valuta asing seperti dollar AS akan selalu mengikuti profil neraca perdagangan dan neraca jasa. Artinya, jika neraca perdagangan dan neraca jasa mengalami defisit, hal tersebut menggambarkan permintaan valas lebih tinggi daripada pasokannya.

Namun, selain dari kedua neraca, pasokan valas bisa juga datang dari masuknya modal asing dalam bentuk portofolio, Surat Berharga Negara (SBN), serta saham. Perry mengatakan, pada 2015 ini sudah ada portofolio masuk sebesar Rp 55,5 triliun.

“Terdiri dari Rp 44 triliun masuk ke obligasi pemerintah atau SBN, dan Rp 11,7 triliun masuk dalam saham. Ini tambahan suplai (dollar AS) dari luar negeri,” ujar Perry.

baca juga: Tunggu Tindakan Nyata Pemerintah, Rupiah Anjlok Mendekati 13.200

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com