Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Makin Terpuruk, Kata Kalla Tak Hanya Terjadi di Indonesia

Kompas.com - 11/03/2015, 18:28 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai pelemahan nilai tukar uang terhadap dollar AS tidak hanya terjadi di Indonesia. Ia menyebutkan, hal ini menjadi gejala yang mendunia.

"Ini gejala dunia, bukan gejala Indonesia saja. Yen begitu, ini begitu," kata Kalla, di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Pada Rabu siang, nilai tukar rupiah sempat terpuruk ke level 13.238 per dollar AS. Posisi mata uang "Garuda" yang menyentuh level 13.238 tersebut adalah yang terendah setelah krisis moneter 1998. Meski demikian, Kalla masih menganggap nilai rupiah lebih baik dibandingkan mata uang negara lain seperti Malaysia. Menurut dia, roda pemerintahan tetap bisa berjalan dengan kondisi seperti ini. Ia pun membandingkan posisi rupiah saat krisis moneter 1998 dengan kondisi saat ini. Menurut Kalla, angka 13.000 saat ini sebanding angka 8.000 pada 10 tahun lalu.

"Ya, kalau terlalu jatuh ya begini. Rupiah hari ini 13.000 itu juga sama dengan dulu 10 tahun lalu, rupiah kira-kira 8.000. Jadi jangan lihatnya rupiah sekarang dengan 10 tahun lalu dibandingkan, tidak," ujar dia.

Mengenai posisi rupiah yang terendah setelah krisis moneter 1998, ia menduga permasalahan dalam negeri turut memengaruhi.

"Ya, hari ini mungkin orang melihat masalah-masalah juga, itu biasa," ucap Kalla.

Untuk mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah ini, Kalla mengatakan bahwa Bank Indonesia akan melakukan langkah untuk menjaga nilai tukar mata uang. Di samping itu, pemerintah akan berupaya meningkatkan ekspor meskipun langkah ini memerlukan waktu.

"Ya, selalu saja yang lebih pokok dalam hal itu pemerintah akan meningkatkan ekspor, tetapi makan waktu. Yang berikutnya, BI akan selalu menyediakan dollar apabila dibutuhkan. Hanya itu, bisa menjaga saja," tutur dia.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, pelemahan rupiah tidak membahayakan bagi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Justru, kata dia, tiap melemah Rp 100 per dollar AS, hal tersebut memberikan tambahan anggaran sebesar Rp 2,3 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com