Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Terpuruk, Ini Empat Jurus yang Dilakukan Pemerintah

Kompas.com - 13/03/2015, 18:27 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo akhirnya menyepakati sejumlah paket kebijakan untuk memperbaiki kondisi ekonomi menyusul terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, Jumat (13/3/2015). Ada empat kebijakan yang akan dilakukan pemerintah.

Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menyebutkan, kebijakan pertama yang akan dilakukan adalah pemberian insentif pajak kepada perusahaan yang melakukan ekspor dan perusahaan yang melakukan reinvestasi di dalam negeri dari keuntungan yang didapatnya. Insentif yang diberikan pun beragam.

"Misalnya, pajak penghasilan 30 persen, amortisasi dipercepat, PPh 10% atas dividen untuk pajak luar negeri melalui tax treaty. Mereka bisa pilih kompensasi kerugian yang lebih lama dari 10 tahun, ada beberapa yang lain," kata Sofyan, seusai bertemu Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat siang.

Kebijakan kedua, upaya perlindungan produk dalam negeri melalui kebijakan Bea Masuk Anti Dumping Sementara (BMADS) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Sementara (BMTPS). Menurut Sofyan, selama ini kebijakan anti dumping tidak bisa dilakukan secepatnya karena untuk produk ternyata tidak proses restistusi yang lama.

"Sekarang dibuat semacam account, kalau dikatakan satu impor melakukan dumping. Kita langsung impose dumping sementara sambil kita periksa. Pihak yang diduga lakukan dumping bisa meng-appeal. Tapi kalau misalnya tidak terbukti, uang dikembalikan, langsung diberikan dalam tempo 10 hari," kata Sofyan.

Kebijakan ketiga, lanjut Sofyan, adalah penerapan bebas visa. Saat ini, ada 15 negara yang bebas visa untuk masuk ke Indonesia. Sofyan mengungkapkan, pemerintah menargetkan penambahan empat negara lagi yaitu Cina, Korea, Jepang, dan Rusia.

"Kami harapkan 19 negara ini sudah meng-cover 95 persen turis yang datang ke Indonesia. Ini akan terus dilakukan studi untuk melakukan menambah lagi negara supaya turis ini bisa menjadi salah satu sumber penambahan devisa," kata Sofyan.

Terakhir, kebijakan yang disiapkan terkait dengan penggunaan biofuel. Pemerintah menargetkan pada tahap pertama penggunaan bio fuel sebesar 15 persen sampai 20 persen. Kebijakan ini, kata Sofyan, akan menghemat devisa yang dipakai untuk impor solar.

Seluruh kebijakan ini, sebut dia, akan dimasukkan dalam peraturan pemerintah, peraturan menteri, keputusan presiden, hingga peraturan presiden. Rencananya, beberapa peraturan akan diterbitkan pada Senin (17/3/2015) mendatang.

Perbaikan struktur ekonomi

Paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah ini sudah ditunggu dunia usaha di tengah nilali tukar rupiah yang kian melesu menghadapi kuatnya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat. Namun, dari empat kebijakan yang disiapkan itu, Sofyan tidak bisa menjamin akan langsung berdampak pada menguatnya rupiah.

"Rupiah itu di luar kontrol kita, kami perbaiki di dalam negeri," katanya.

Menurut Sofyan, seluruh kebijakan itu ditujukan untuk memperbaiki struktur ekonomi Indonesia. Pemerintah membuat pasar di Indonesia lebih menggiurkan bagi para investor untuk masuk.

"Hal-hal yang selama ini kita kurang dibandingkan negara lain dalam hal tax incentive, perlindungan industri dalam negeri dalam praktek antri-dumping, menggunakan CPO, ini kepentingan kita smua," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com