Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Garuda Tinggalkan 11 Penumpang di Bandara Praya Lombok

Kompas.com - 13/03/2015, 19:47 WIB

PRAYA, KOMPAS.com - Garuda Indonesia menyatakan pesawat yang terbang dari Praya Lombok ke Bima terpaksa meninggalkan 11 penumpang dari Jakarta yang terlambat, karena pertimbangan kebijakan operasional bandara Muhammad Salahuddin, Bima.

(Baca: Garuda Telantarkan 11 Penumpang Jurusan Lombok-Bima)

Humas Garuda Indonesia Pujobroto mengungkapkan operasional bandara Muhammad Salahuddin setiap harinya dibuka hanya sampai pukul 17.30. Jika pesawat harus menunggu penumpang dari Jakarta yang terlambat, dipastikan pesawat tak bisa mendarat di Bima.

"Pesawat GA430 seharusnya sampai di Lombok pukul 14.10 dan pesawat lanjutan ke Bima terbang pukul 15.00. Karena ada masalah teknis, GA430 sampai di Lombok pukul 16.00. Jika pesawat ke Bima menunggu kedatangan GA430, pesawat lanjutan tersebut baru bisa berangkat jam 16.30 sehingga sampai di Bima melampaui pukul 17.30. Pesawat tidak bisa mendarat," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (13/3/2015).

Menurut Pujobroto, terlambatnya pesawat GA430 karena terdapat masalah pada pintu, sehingga untuk melakukan perbaikan, petugas membutuhkan waktu hingga memaksa pesawat delay.

Setelah negosiasi yang alot, kesebelas penumpang Garuda yang ditelantarkan di Bandara Praya, Lombok akhirnya dijanjikan akan diterbangkan dengan Garuda pada Sabtu (14/3/2015) pagi. Penumpang juga akan diinapkan di hotel di sekitar bandara.

Pujobroto menambahkan, penumpang dipastikan akan terbang besok pagi pukul 06.30 dengan pesawat GA7024 pukul 06.30. "Penumpang juga diinapkan malam ini di hotel," lanjut Pujobroto.

Tiket Dijual

Sementara itu dari pantauan di lapangan, beredar informasi bahwa tiket pesawat ternyata telah dijual ke penumpang lain yang masuk daftar tunggu. Penjualan itu atas perintah salah satu petugas operasional Garuda.

Masalah juga muncul ketika Garuda ternyata hanya menyediakan enam kamar. Penumpang harus kembali ngotot baru masing-masing mendapatkan kamar.

"Saya terpaksa beli tiket bisnis karena ayah saya sakit dan harus menjemputnya. Dua tiket dengan anak saya Rp 8 juta, tapi saya diperlakukan begini," kata Juliana. "Saya rugi fisik, pikiran, minta maaf saja tidak mereka. Ini kamar hotel masih disuruh bergabung dengan penumpang lain yang tidak saya kenal," ujar dia lagi.

Menanggapi kabar tersebut, Pujobroto mengatakan Garuda sebenarnya tidak bermaksud menjual tiket yang telah dibeli oleh penumpang dari Jakarta. Namun karena penumpang yang bersnagkutan belum ada hingga jelang pemberangkatan (no show), manajemen memutuskan kursi kosong ditawarkan kepada penumpang lain yang masuk waiting list.

"Bukan karena tiket telah dijual ke penumpang waiting list kemudian pesawat berangkat duluan, bukan seperti itu. Karena hingga batas pemberangkatan penumpang no show, akhirnya kami menawarkan kepada yang masuk waiting list," ujarnya. Terkait dengan kamar hotel, dia masih akan mengeceknya. (AIK/HRD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Bertemu Tony Blair, Menko Airlangga Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik

Bertemu Tony Blair, Menko Airlangga Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com