Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Subsidi Biodiesel 15 Persen Ditanggung Pengusaha

Kompas.com - 20/03/2015, 20:12 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Agenda pemerintah untuk menambah kadar bahan bakar nabati dalam kandungan solar atau kewajiban (mandatory) biodiesel menjadi 15 persen, subsidinya bakal ditanggung pengusaha. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menuturkan, nantinya subsidi tersebut akan diambilkan dari dana pendukung (fund raising) dari pengusaha crude palm oil (CPO). Mekanisme pengenaan bea keluar CPO dirombak seluruhnya, tidak menggunakan harga ambang batas (threshold). “Nanti akan dipungut 30 dollar AS per ton untuk olein, dan 50 dollar AS per ton untuk CPO, ketika harganya di bawah 750 dollar AS per metrik ton. Uangnya, digunakan untuk subsidi, kemudian untuk replanting perkebunan rakyat, dan research and development,” tutur Sofyan di Jakarta, Jumat (20/3/2015).

Pada harga di bawah 750 dollar AS per metrik ton, bea keluar tidak dipungut. Pengusaha yang mengekspor hanya dikenakan fund raising tersebut. Sementara itu, manakala hanya CPO di lebih dari 750 dollar AS per metrik ton, pemerintah akan memungut fund raising dan bea keluar.

Besaran tarifnya akan ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan yang baru. Dengan cara ini, Sofyan mengatakan, pemerintah tidak perlu mengeluarkan APBN untuk mendukung mandatory biodiesel 15 persen. “Negara memang tidak mendapat apa-apa ketika di bawah 750 dollar AS per metrik ton (tidak ada BK) , tapi dengan demikian (ada fund raising) APBN tidak perlu keluar untuk mensubsidi biodiesel,” jelas Sofyan.

Menurutnya, pengusaha tidak keberatan dengan adanya fund raising ini. Mengenai pihak yang akan mengelola dana pungutan tersebut, Sofyan mengatakan pemerintah akan membuat akun khusus. Peraturan tentang stabilisasi harga biodisel ini rencananya akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, yang akan keluar pada pekan kedua April 2015.

Paulus Tjakrawan, Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) dalam kesempatn sama mengaku tidak keberatan dengan opsi apapun yang diambil pemerintah. “Kami serahkan pada pemerintah. Kami sepakat opsi manapun silakan, yang paling penting lancar, bisa jalan,” kata Paulus.

Paulus mengatakan, pengusaha menyambut baik mandatory biodiesel 15 persen yang ditargetkan pemerintah bisa berjalan tahun ini. Mandatory biodiesel 15 persen memang diakui bisa berpeluang memperbaiki harga CPO yang drop.

Namun dia menegaskan, perlu dilihat lagi kompetitor lain di luar kelapa sawit yang juga menjadi andalan di pasar dunia, salah satunya rape seed. “Target pemerintah tahun depan B20 ini juga harus dipikirkan, tidak bisa tiba-tiba. Dibutuhkan persiapan macam-macam yang tidak selesai dalam waktu satu malam. Masalah transportasi, truknya. Dan bukan hanya di kita, di Pertamina, tangkinya dan kapalnya, semua jadi dua kali lipat,” kata Paulus saat dihubungi Kompas.com.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rida Mulyana mengatakan, yang paling penting dari mandatory biodiesel 15persen ini, adalah tidak membebani rakyat dan Pertamina. “Selisih (subsidi) ditutup dengan fund raising,” kata dia.

Diperkirakan produksi biodiesel tahun ini mencapai 5,3 juta kiloliter. Angka tersebut setara dengan 4,8 juta ton CPO. Rida menambahkan, tidak ada kewajiban kepada pengusaha untuk memasok ke Pertamina. “Enggak (ada kewajiban). Tadi pengusaha hadir dan mereka positif,” pungkas Rida.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com