Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Susi Tak Terima Tuduhan Biarkan Perbudakan

Kompas.com - 27/03/2015, 12:55 WIB
Yoga Sukmana

Penulis



JAKARTA, KOMPAS.com  - Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) tak terima tuduhan dirinya membiarkan terjadinya perbudakan di salah satu pulau terpencil di Indonesia yaitu Benjina, Maluku, oleh dunia internasional. "Perbudakan di Benjina, kita tidak menerima dituduh membiarkan perbudakan ini terjadi, Thailand melayangkan protes," ujar Susi saat ditemui usai menghadiri salah satu acara maritim di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (27/3/2015).

Susi menegaskan bahwa praktik perbudakan yang dilakukan oleh PT Benjina Pusaka Resources (PT BPR) bukan dilakukan oleh Indonesia. Pasalnya, perusahaan itu kata Susi berafiliasi kepada perusahaan-perusahaan di Thailand dan hasil tangkapan ikan pun banyak diekspor ke Thailand.

Selama empat bulan pemerintahan Jokowi-JK, kata Susi, pemerintah sangat berkomitmen terhadap kemerdekaan setiap individu. Bahkan, di sektor kelautan sendiri, pemerintah telah melakukan penyetoran tracking down Illegal Unreported Uniregulated (IUU). "Penyetopan tracking down IUU karena kita tahu praktik IUU banyak kriminal seperti perbudakan, jadi kita tidak menerima seolah Indonesia membiarkan dan terjadi perbudakan. ini terjadi di tempat yang jauh dari mana-mana, terpencil dan terisolasi, bisa ke sana hanya dengan pesawat carter," kata dia.

Oleh karena itu, untuk memberantas praktik perbudakan yang dilakukan PT PBR itu, pemerintah kata Susi akan memanggil perusahaan perikanan tersebut.

Informasi perbudakan yang dilakukan PT Pusaka Benjina Resources diketahui Susi setelah membaca laporan investigasi media asing, Associated Press (AP). Laporan yang dimuat oleh laman AP.org itu berjudul "AP Investigation: Are slaves catching the fish you buy?"  itu menuliskan adanya pemaksaan kerja selama 22 jam per hari tanpa hari libur kepada ABK di Kapal milik PT Pusaka Benjina Resources.

Bahkan, AP juga mengungkapkan para pekerja paksa yang banyak berasal dari Myanmar tersebut sampai harus mengonsumsi air kotor untuk minum. Hasil tangkapan ikan perusahaan tersebut sampai diekspor ke Amerika Serikat dan disalurkan ke toko retail besar di Amerika Serikat yaitu Wal-Mart.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com