Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres: Bali Penuh Wisatawan, tetapi Toraja Sepi, Kenapa?

Kompas.com - 27/03/2015, 21:17 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, citra pariwisata Toraja yang selama ini terkesan angker perlu diubah. Menurut Kalla, perlu dilakukan modernisasi agar pariwisata Toraja kelak dikenal sebagai destinasi wisata yang menyenangkan dan indah.

"Di Bali sesak, tapi di Toraja sepi, kenapa? Pertama kita harus menjual keindahan dan kenyamanan. Kalau jual budaya saja, seperti kuburan, orang tak bisa lihat setiap hari. Bagus itu acara potong kerbau, tapi tidak semua orang sanggup lihat itu. Kenapa dia sepi? Padahal banyak yang bisa dijual dari Toraja," papar Kalla, saat menghadiri Pagelaran Malam Budaya dan Peluncuran Buku Ensiklopedia Visual Toraja Tanah Leluhur di Kemayoran, Jakarta, Jumat (27/3/2015).

Kalla mengatakan, pariwisata Toraja yang ada saat ini belum disesuaikan dengan perkembangan budaya yang terjadi. Tradisi potong kerbau di Toraja cenderung dikritik sebagian warga Eropa dengan alasan melawan hak asasi hewan. Selain itu, lanjut dia, wisata gua dan kubur batu Toraja dianggapnya kurang menarik generasi muda.

"Mari kita ubah imej Toraja dari mengerikan ke menyenangkan. Jangan kerbau dipotong karena pihak Eropa melawan hak asasi kehewanan, atau masuk ke gua kuburan, bagi arkeologi menarik tapi bagi anak muda itu menakutkan," papar Kalla.

Padahal, lanjut dia, Toraja memiliki potensi pariwisata yang menarik dikembangkan. Salah satunya adalah Kopi Toraja yang terkenal hingga ke mancanegara. Kalla lalu menyebut harga kopi Toraja di Jepang yang dinilainya paling mahal dibandingkan kopi jenis lainnya.

"Kopi paling mahal itu Toraja. Rp 169.000 satu cangkir. Kenapa enggak dijual keindahan kopi Toraja? Misal iklan kita minum kopi Toraja di bawah pohon. Kalau iklan mari tebas sapi, orang takut ke Toraja," kata dia.

Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini kembali membandingkan wisata Toraja dengan Bali. Ketika berkunjung ke Bali 30 tahun lalu, Kalla menilai Bali sudah berhasil menjual potensi keindahan alam yang mereka miliki. Menurut dia, industri yang paling murah modalnya adalah menjual keindahan alam.

Kendati demikian, potensi keindahan alam dan budaya yang dimiliki suatu daerah harus dimodernisasi.

"Musik bambu, dari saya sejak kecil begini saja, mungkin harus bisa dimainkan irama jazz atau rock, pasti lebih kena. Saya katakan lagi, lihat ke belakang bagus, tapi kita harus tetap pandangan ke depan juga. Budaya harus bermanfaat, kalau tidak manfaat, ya kita jadi museum," tutur dia.

Terkait pengembangan pariwisata, Kalla mengatakan bahwa dia sudah meminta agar konsultan pariwisata yang paham selera wisatawan asing ditempatkan di Kementerian Pariwisata. Ia juga telah memerintahkan agar pembangunan Bandara di sejumlah daerah segera selesai.

"Senin, Menteri Perhubungan harus ke Toraja," ujar Kalla.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Whats New
Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Earn Smart
Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Whats New
Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Whats New
Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com