JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menyatakan, data
Non-Farm Payroll (NFP) Amerika Serikat (AS) yang di bawah perkiraan mendorong kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Data tersebut memberi sinyal pada pasar bahwa sektor tenaga kerja di negeri paman Sam itu belum sepenuhnya pulih. Dengan begitu, pasar memperkirakan Federal Reserve tidak akan mengerek suku bunga acuan dalam waktu dekat.
"Akibatnya terjadi penyesuaian pada mata uang dunia terhadap dollar AS, termasuk rupiah. Kita melihat hari ini rupiah menguat cukup signifikan" kata Mirza dalam keterangan tertulis, diterima
Kompas.com, Senin (7/4/2015).
Pagi ini rupiah dibuka menguat terhadap dollar AS pada level Rp 12.942 (kurs transaksi BI) atau Rp 12.925 per 60 (data Bloomberg) per dollar AS.
Data NFP AS, sebut dia, berpengaruh pada mata uang dunia, karena menggambarkan informasi gaji non-sektor pertanian di AS. Data NFP menyumbang lebih dari 80 persen Produk Domestik Bruto AS.
"Kita melihat pekan lalu, data NFP AS Maret 2015 menunjukkan pelemahan, hanya 126.000, jauh lebih rendah dari perkiraan 245.000," kata Mirza.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.