Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Presiden Jokowi "Menggoreng" Pasar Saham

Kompas.com - 08/04/2015, 07:14 WIB

JAKARTA,KOMPAS.com
 — Presiden Joko Widodo bak "menggoreng" pasar saham. Saat bertandang ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (7/4/2015) kemarin, seperti seorang analis pasar saham, Presiden Jokowi memprediksikan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai 6.000 pada akhir tahun ini.
 
Presiden Jokowi memang tidak menjelaskan detail indikator teknikal saham yang  memberi sinyal bullish bagi pasar saham Indonesia. Dia hanya optimistis bahwa dana asing akan masuk pasar saham. Agenda pemerintah yang akan menggelar proyek infrastruktur, penyederhanaan perizinan, hingga perbaikan kebijakan investasi akan menarik investor asing. "Proyek infrastruktur akan didorong. Dengan begitu, investasi langsung maupun investasi di pasar modal akan terus naik," ujar Jokowi.
 
Yang jelas, sontak perdagangan pasar saham langsung gegap gempita. Pada penutupan bursa kemarin, IHSG kembali ke rekor tertinggi sepanjang sejarah, yakni di 5.23,29 atau naik 5,67 persen sejak awal tahun.     
 
Selain "tergoreng" prediksi Presiden Jokowi, mengalirnya dana-dana asing turut memeriahkan bursa. Sepanjang tahun ini, net buy asing di pasar saham mencapai Rp 7,09 triliun. Porsi asing terhadap transaksi mencapai 41 persen atau Rp 178,3 triliun. "Sampai Februari, dana asing masuk lebih dari Rp 10 triliun. Meski Maret sempat keluar, akhir bulan lalu, ada net buy Rp 800 miliar. Ini respons positif," ujar Ito Warsito, Direktur Utama BEI.
 
Selain itu, para analis menilai, pembagian dividen turut mendorong gairah asing. Efeknya, kata Setiawan Efendi, Analis Phintraco Securities, saham properti dan perkebunan yang sempat jatuh mulai rebound.
 
Kepala Riset Mandiri Sekuritas John Daniel Rahmat menyatakan, kembalinya asing ialah karena pasar modal Indonesia lebih atraktif dibandingkan dengan negara regional lainnya. Selain itu, masalah politik tak lagi mengusik.
 
Meski begitu, para pelaku pasar harus tetap melihat arah kebijakan dari Amerika Serikat. David N Sutyanto, analis First Asia Capital, mengatakan, Mei adalah masa penting untuk mencermati kebijakan The Fed. Jika The Fed mengerek suku bunga 25 basis poin di September, IHSG bisa "terjun".  

Dalam jangka pendek, seusai cetak rekor, William Suryawijaya, analis Asjaya Indosurya Securities, menyarankan investor berhati-hati atas aksi profit taking. "Saat itu, bisa dimanfaatkan membeli saham dengan harga rendah (bargain hunting)," ujar dia. (Annisa Aninditya Wibawa, Narita Indrastiti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com