Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Bekal Kecakapan Majukan Perekonomian Berbasis Informasi

Kompas.com - 04/05/2015, 20:41 WIB


KOMPAS.com - Selain melek digital alias digital literacy, masih ada empat bekal kecakapan untuk memajukan perekonomian berbasis informasi. Total kelima bekal ini  membuat orang Indonesia memunyai kompetensi berbeda mencapai sukses kini dan mendatang.

Catatan Country Manager Intel Indonesia Harry K. Nugraha hari ini menunjukkan, selain melek digital, empat kecakapan lainnya adalah berpikir kreatif (creative  thinking), berpikir kritis (critical thinking), berkolaborasi (collaborating), dan kecakapan kepemimpinan (leadership).  

Lebih lanjut, Harry menerangkan, dengan melek digital, seseorang tidak hanya mendapatkan kecakapan fungsional untuk mengarahkan hidup sehari-hari, tetapi juga memungkinkan baginya untuk mengejar pendidikan lama setelah meninggalkannya. Penting bagi seseorang menjadi akrab dengan teknologi. Hal itu menjadi syarat jika  seseorang ingin mendapatkan yang terbaik dari yang ditawarkan oleh internet.

Harry memberikan contoh bahwa mengatakan pihaknya memunyai Intel Easy Steps yang mengajarkan Melek Digital bagi orang yang punya akses komputer terbatas di Filipina.
"Marites Atibo, guru dari Mauban, Quezon, butuh waktu untuk meyakinkan dirinnya untuk mengikuti pelatihan tersebut yang diadakan bekerja sama dengan pemerintah setempat, sampai akhirnya memperoleh pengetahuan dan kepercayaan diri untuk menggunakan komputer tersebut. Dia pasti sudah melewati jalan yang panjang!” kata Harry.

Berpikir kreatif dengan mengenalkan cara baru untuk memecahkan masalah dengan cara yang tidak biasa. Terus berusaha, menguji dan mencoba berbagai cara akan sering kali berhasil juga, tapi hal ini tidak memungkinkan seseorang  memiliki banyak ruang kosong untuk tumbuh dan mengambil risiko.  Menurut Harry, Intel Teach menghargai signifikansi dari pencampuran berpikir kreatif dengan metode pengajaran tradisional. Cara ini bertujuan untuk mengembangkannya melalui Creativity in the Mobile Classroom. “Di Indonesia, Intel bermitra dengan Axioo, sebuah Original Equipment Manufacturer (OEM) merek lokal untuk melengkapi ruang kelas di 53 sekolah di seluruh Indonesia dengan berbagai teknologi berbasis Intel. Kelas pintar mendorong berpikir kreatif dengan membuat proses belajar lebih menarik dan interaktif,” jelas Harry.

Berpikir kritis berarti memiliki kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional. Selain itu, berpikir kritis mampu untuk berefleksi dan berpikir secara mandiri. Tidak pernah sebelumnya seseorang memiliki akses yang lebih luas terhadap informasi. Pertanyaannya, hal ini apakah benar dan akurat?

Pada bagian inilah, tutur Harry,  pihaknya menyuguhkan Intel Teach dengan Thinking Critically with Data untuk membekali siswa saat ini dengan kemampuan analisis untuk  masa depan yang global, dunia yang diarahkan oleh pengetahuan.

Bekerja dan berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang berbeda merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan di dunia digital hari ini, sebuah dunia global. Koneksi internet yang lebih cepat dan perkembangan komputasi awan memungkinkan kolaborasi yang melampaui jarak fisik dan batas geopolitik, yang membuat  Collaboration in the Digital Classroom dari Intel Teach menjadi begitu relevan.

Nutpraveen Tatsuwan, seorang guru dari provinsi Pichit Thailand, telah mengikuti program Collaboration in the Digital Classroom pada 2014 dan segera menerapkan apa yang dia pelajari kepada muridnya di kelas 5 dan 6 dengan hasil yang luar biasa. Di kelasnya, dulu, ia melakukan program berfokus pada konten dan menggunakan teknologi hanya sebagai alat untuk mentransfer pengetahuan. Kini, Nutpraveen mendesain pelajaran dengan melibatkan teknologi untuk memecahkan masalah dalam kelompok.

Kelas asuhan Nutpraveen pun menjadi lebih aktif dalam hal partisipasi para murid. Saat ini, mereka mengajukan pertanyaan dan memberikan penjelasan satu sama lain.

Perangkat internet seperti aplikasi pengirim pesan dan dokumen secara daring juga memperluas pembelajaran dan kolaborasi sampai di luar kelas. Lantaran itulah, murid-
murid Nutpraveen dapat berkolaborasi kapan saja dan di mana saja.

Menurut Harry lebih lanjut, ada pertanyaan apakah seorang pemimpin itu dibuat atau dilahirkan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kepemimpinan adalah campuran dari kemampuan yang alami maupun yang didapatkan. Meskipun ada ciri-ciri pemimpin tertentu yang dilahirkan dengannya, seseorang juga dapat memperoleh kecakapan kepemimpinan
melalui pelatihan, pengalaman, dan praktik. “Sebagai sumber kehidupan tim dan orang-orang yang dipimpinnya, seorang pemimpin tahu bagaimana dan kapan untuk  mengeluarkan tembakan dan mengarahkan timnya untuk tingkat yang lebih tinggi,” pungkas Harry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com