KOMPAS.com - Industri alas kaki Indonesia terbilang masih "seksi" bagi investor asing. Pasalnya, sebagaimana catatan Kementerian Perindustrian, pertumbuhan industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki menyumbang 0,27 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional 2014 untuk sektor industri non-migas. Sumbangan industri non- migas ada di posisi 17,87 persen.
Di tengah perlambatan ekonomi pada kuartal pertama 2015 ini, ekspor alas kaki Indonesia terbilang mengilap. Catatan pada 2014 menunjukkan nilai ekspor alas kaki nasional menyentuh angka 4,11 miliar dollar AS. Angka ini naik 6,44 persen ketimbang pencapaian pada 2013 di angka 3,86 miliar dollar AS.
Ada sedikitnya lima negara tujuan ekspor alas kaki Indonesia yakni Amerika Serikat, Belgia, Jerman, Inggris, dan Jepang. Dalam lima tahun terakhir, surplus industri alas kaki mencapai 2,84 miliar dollar AS.
Sampai dengan akhir 2014, surplus perdagangan produk alas kaki mencapai 3,7 miliar dollar AS. Dari jumlah itu, Indonesia baru memenuhi tiga persennya. Sementara itu, industri alas kaki di Indonesia menyerap 700.000 tenaga kerja.
Kenyamanan
Di masa kini, tutur Manajer Pemasaran Regional Produk Alas Kaki dan Konsumen Asia Pasifik Dow Elastomers Andrew Yen pada Kamis (7/5/2015), konsumen menuntut kenyamanan saat menggunakan alas kaki, khususnya sepatu. Lantaran itulah, pada Pameran Indo Leather & Footwear 2015 mulai hari ini di Jakarta, pihaknya menawarkan teknologi Infuse pada midsole atau sol sepatu bagian tengah. "Teknologi ini hanya untuk sepatu lari," tuturnya.
Sementara itu, Account Manager Dow Elastomers PT.Dow Indonesia Rizki Setyo Pratomo dalam kesempatan itu mengatakan bahwa hingga kini, pihaknya masih mengimpor midsole dari Thailand. Menurut rencana, midsole itu akan menjadi bahan pembuatan sepatu lari bagi merek-merek lokal dan asing di Indonesia. "Produk-produk sepatu lari dari League akan menggunakan produk midsole kami," kata Rizki.
League adalah produk lokal Indonesia milik Grup Berca. Perusahaan milik keluarga Murdaya Poo itu, pada Desember 2014, mengeluarkan varian bermerek Legas untuk menyasar pasar dalam negeri. Ke depan, Grup Berca akan memfokuskan produk League untuk pasar mancanegara.
Sementara, pabrik midsole Dow di Thailand, imbuh Rizki, menjadi pusat produksi untuk kawasan Asia Pasifik. Rerata per tahun, pabrik di Negeri Gajah Putih itu memproduksi 220.000 metrik ton midsole. China menyerap mayoritas produksi pabrik di Thailand tersebut.