Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Asia Pasifik, Masih Banyak Tantangan soal Pembiayaan Manfaat untuk Karyawan

Kompas.com - 13/05/2015, 20:10 WIB


KOMPAS.com - Di Asia Pasifik, hingga kini, masih banyak tantangan bagi perusahaan-perusahaan soal pembiayaan manfaat untuk karyawan. Khususnya, biaya untuk manfaat jaminan kesehatan bagi para karyawan.

Lembaga konsultan Towers Watson dalam riset terbarunya yang dipublikasikan pada Selasa kemarin mengatakan ada kesenjangan antara biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk manfaat karyawan (benefits) dengan penghargaan dari para karyawan sendiri. Riset mengenai hal itu dilakukan terhadap 1.145 perusahaan pada 20 negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Riset itu bertajuk 2015 Asia Pasific Benefit Trends.

Catatan riset itu menunjukkan, tujuh dari sepuluh perusahaan di Indonesia yang disurvei mengatakan perekrutan dan retensi karyawan kunci merupakan fokus utama dari strategi pemberian manfaat mereka. Menurut para responden survei, cuti tahunan dan kesehatan maupun perawatan kesehatan tetap menjadi manfaat yang paling umum ditawarkan.

Ke depannya, diperkirakan semakin banyak perusahaan di Indonesia menyediakan program manajemen kesehatan. Saat ini, 63 persen dari perusahaan di Indonesia menghabiskan lebih dari seperempat pengeluaran biaya manfaat karyawan untuk manfaat yang berkaitan dengan kesehatan. Sementara, hanya 38 persen dari perusahaan di Asia Pasifik yang melakukan hal ini.

Di saat yang sama, biaya-biaya yang timbul dari pemberian manfaat tersebut, tempat hal ini memiliki persentase yang signifikan dari biaya gaji, akan terus meningkat. Namun, meskipun banyak manfaat yang diberikan, hanya 19 persen dari perusahaan di Indonesia yang beranggapan bahwa manfaat tersebut dihargai oleh karyawan mereka.

Selanjutnya, 64 persen dari perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa mereka menghabiskan lebih dari 20 persen gaji untuk manfaat karyawan. Biaya untuk manfaat karyawan cenderung tinggi di Indonesia. Pasalnya, manfaat untuk kesehatan dan pensiun umum diberikan, sehingga hampir dua dari lima (39 persen) perusahaan menghabiskan lebih dari 30 persen gaji untuk manfaat karyawan.

Yang mengkhawatirkan, lebih dari seperlima (22 persen) dari perusahaan di Asia Pasifik mengatakan  tidak mengetahui berapa banyak yang dialokasikan untuk pemberian manfaat karyawan. “Rendahnya kesadaran perusahaan mengenai pengeluaran manfaat menunjukkan bahwa adalah suatu tantangan bagi perusahaan-perusahaan dalam mengatur manfaat mereka dengan sistem yang ada, vendor dan platform administrasi yang digunakan,” ujar Mark Whatley, Director, Benefits, Towers Watson South East Asia.

Di seluruh Asia Pasifik ditemukan peningkatan pengeluaran manfaat karyawan tidak lantas berhubungan dengan peningkatan penghargaan atas manfaat tersebut oleh karyawan. Tetapi, penghargaan terhadap manfaat akan meningkat ketika masukan-masukan yang diberikan oleh karyawan diperhatikan oleh perusahaan. Demikian pula, penghargaan terhadap manfaat akan meningkat ketika peristiwa-peristiwa yang menimpa karyawan ditangani dengan baik dan manfaat yang ditawarkan dikomunikasikan dengan baik pula.

Memperkenalkan fleksibiltas lebih ke dalam program manfaat adalah satu cara yang diperlukan perusahaan untuk menjawab permasalahan kesenjangan nilai manfaat. Bagi perusahaan-perusahaan yang telah memberikan manfaat yang fleksibel, mayoritas dari perusahaan-perusahaan merasakan bahwa program berhasil dalam meningkatkan pemahaman dan penghargaan karyawan akan manfaat yang diberikan (67 persen), memahami berbagai kebutuhan karyawan (66 persen), serta meningkatkan nilai daya tarik dan retensi (59 persen). Saat ini hanya 10 persen dari perusahaan di Indonesia menawarkan format yang fleksibel bagi karyawan atau sesuai pilihan karyawan dibandingkan 19 persen perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik.

“Manfaat yang fleksibel menjadi cara yang efektif dalam memberikan manfaat dan meningkatkan penghargaan nilai manfaat kepada karyawan,” ujar Santhi Devi R., Director, Benefits, Towers Watson, Indonesia.

“Selain mengenali berbagai kebutuhan karyawan, memberikan manfaat yang fleksibel memerlukan komunikasi yang teratur agar karyawan dapat membuat pilihan dan menghargai  berbagai manfaat yang terdapat di dalam program manfaat. Aspek-askpek tersebut membantu meningkatkan nilai manfaat yang diterima oleh karyawan,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com