Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukri "James Bond" Paling Laris

Kompas.com - 20/05/2015, 11:12 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Surat utang negara syariah atau sukuk untuk investor ritel (sukri) seri SR007 paling laris di pasar sekunder sepanjang April lalu.

Bursa Efek Indonesia mencatat, volume perdagangan, SR007 mencapai Rp 46,33 triliun. Jumlah ini  mengalahkan transaksi SUN seri acuan (benchmark) FR0070 yaitu senilai Rp 45,78 triliun

SR007 juga unggul dari sisi frekuensi dengan jumlah transaksi sebanyak 14.597 kali. Instrumen ini lagi-lagi mengungguli  FR0070 yang hanya ditransaksikan 1.650 kali sepanjang April lalu.

Sekadar mengingatkan, SR007 terbit pada 11 Maret 2015 dengan nilai emisi Rp 21,96 triliun. Obligasi bertenor tiga tahun ini mematok kupon 8,25 persen. Dengan masa holding period sebulan, SR007 mulai ditransaksikan di pasar sekunder sejak 9 April lalu.

Head of Debt Research Danareksa Sekuritas Yudistira Slamet mengatakan, pasca masa holding period berakhir, investor institusi gencar memburu obligasi ritel, baik sukuk ritel maupun Obligasi Negara Ritel (ORI). Kondisi ini juga menjadi peluang bagi investor ritel yang mengoleksi SR007 di pasar primer.

Investor, manajer investasi (MI) dan bank menjadi investor institusi yang paling berminat memburu SR007 di pasar sekunder. Tujuannya, supaya MI dan bank sebagai agen penjual reksadana mendapat pasokan SR007 yang bisa dijadikan  aset dasar reksadana.

Salah satu skema yang paling sering diterapkan MI atau bank dalam memburu sukri di pasar sekunder yaitu dengan tawaran membundelnya menjadi reksadana. Misalnya, investor memegang SR007 senilai Rp 10 juta.

Maka, bank atau MI membeli sukri dan membundelnya menjadi reksadana. Nah, investor akan mendapat unit penyertaan reksadana setara Rp 10 juta.

Yudistira mengatakan, ada dua keuntungan yang didapat oleh  investor ritel dari skema tersebut. Pertama, investor mendapatkan capital gain SR007 meski besarnya tidak signifikan.

Kedua, pajak investor ritel menjadi lebih kecil. "Jika investor SR007 memegang hingga jatuh tempo, ia dipatok pajak 15 persen, sedangkan saat memegang dalam bentuk unit penyertaan reksadana, hanya dikutip pajak 5 persen," paparnya.

Yield masih menarik

Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia (BII) Anup Kumar menjelaskan, investor institusi tertarik mengoleksi SR007 lantaran yield yang ditawarkan lebih tinggi ketimbang SUN tenor tiga tahun.

Pada Selasa (19/5/2015), yield SR007 ditutup di level 7,95 persen. Angka ini sudah turun 30 basis poin dari kupon awal. Sedangkan, Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat, yield SUN tenor 3 tahun sebesar 7,62 persen per Senin (18/5/2015).

Yield SR007 masih menarik apabila rentang (spread) antara instrumen ini dengan SUN tenor tiga tahun mencapai 20 basis poin hingga 30 basis poin. "Sehingga yield SR007 di level 7,9 persen masih sangat menarik," paparnya.

Pada bulan Mei, SR007 masih cukup aktif di pasar sekunder, meski tingkat volume maupun frekuensinya  berkurang. SR007 masih masuk 10 besar SUN teraktif. Ini lantaran tetap ada investor institusi yang punya kebijakan trading saat sudah memegang SR007. Alhasil bisa meningkatkan volume serta frekuensi SR007 di pasar sekunder.

"Yield SUN ritel yang relatif tinggi menyebabkan seri ini mudah dijualbelikan (likuid) layaknya SUN seri acuan. Investor akan mencari SUN ritel yang paling menarik," imbuh Kumar. 

Namun Yudistira menduga,  perdagangan SR007 pada bulan ini dan selanjutnya tidak akan seramai bulan April lalu. Alasannya, masih soal kecenderungan investor institusi yang memegang SR007 hingga jatuh tempo.  (Noor Muhammad Falih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah 'Ambles', Pemerintah Sebut Masih Lebih Baik dari Ringgit dan Yuan

Rupiah "Ambles", Pemerintah Sebut Masih Lebih Baik dari Ringgit dan Yuan

Whats New
Perkuat Struktur Pendanaan, KB Bank Terima Fasilitas Pinjaman 300 Juta Dollar AS Dari Korea Development Bank

Perkuat Struktur Pendanaan, KB Bank Terima Fasilitas Pinjaman 300 Juta Dollar AS Dari Korea Development Bank

BrandzView
Menko Airlangga Sebut Indonesia Belum Selesai Hadapi 'Global Shock'

Menko Airlangga Sebut Indonesia Belum Selesai Hadapi "Global Shock"

Whats New
Sanksi Menanti Perusahaan yang Tak Bayar THR Karyawan

Sanksi Menanti Perusahaan yang Tak Bayar THR Karyawan

Whats New
Relaksasi WFH untuk ASN Dinilai Tak Pengaruhi Arus Balik Lebaran

Relaksasi WFH untuk ASN Dinilai Tak Pengaruhi Arus Balik Lebaran

Whats New
Kemenaker Terima 1.475 Aduan Masalah THR, Paling Banyak terkait THR Tidak Dibayar

Kemenaker Terima 1.475 Aduan Masalah THR, Paling Banyak terkait THR Tidak Dibayar

Whats New
Menteri PUPR: Pemindahan ASN ke IKN Setelah Upacara 17 Agustus

Menteri PUPR: Pemindahan ASN ke IKN Setelah Upacara 17 Agustus

Whats New
IHSG Ambles, BEI: Tensi Geopolitik Pengaruhi Pergerakan Indeks

IHSG Ambles, BEI: Tensi Geopolitik Pengaruhi Pergerakan Indeks

Whats New
Ekonomi Indonesia Dinilai Cukup Kuat Redam Dampak Potensi Konflik Pascaserangan Iran

Ekonomi Indonesia Dinilai Cukup Kuat Redam Dampak Potensi Konflik Pascaserangan Iran

Whats New
Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Whats New
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 16 April 2024

Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 16 April 2024

Spend Smart
'Skenario' Konflik Iran dan Israel yang Bakal Pengaruhi Harga Minyak Dunia

"Skenario" Konflik Iran dan Israel yang Bakal Pengaruhi Harga Minyak Dunia

Whats New
Ekonomi China Tumbuh 5,3 Persen pada Kuartal I-2024

Ekonomi China Tumbuh 5,3 Persen pada Kuartal I-2024

Whats New
Resmi Melantai di BEI, Saham MHKI Ambles 9,3 Persen

Resmi Melantai di BEI, Saham MHKI Ambles 9,3 Persen

Whats New
Harga Bahan Pokok Selasa 16 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Selasa 16 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com