Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kain Majun di Pabrik Perakitan Astra

Kompas.com - 25/05/2015, 20:38 WIB


KOMPAS.com - Di pabrik perakitan kendaraan bermotor Grup Astra, kain majun atau kain perca atau kain sisa-sisa produk tekstil punya kisah yang tak sederhana. Tanpa kain majun, proses pengecatan bodi kendaraan bermotor, khususnya mobil, bahkan bisa terganggu di tengah jalan. "Sebelum memasuki proses pengecatan, bodi mobil harus dilap, dibersihkan," kata Chairman Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) FX Sri Martono pada Senin (25/5/2015).

Sri Martono dalam kesempatan itu berbagi pengalaman pada peresmian Marketeers CSR & PKBL Club di Kantor MarkPlus,Inc di Jakarta. Dalam kesempatan itu Founder & CEO MarkPlus,Inc Hermawan Kartajaya, Direktur Bisnis dan Pemasaran Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil & Menengah Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Bagus Rachman, serta Sekretaris Jenderal Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram juga ikut berbagi cerita dengan para perwakilan pengelola program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari berbagai perusahaan seperti Adaro, Aneka Tambang, hingga Bank BRI.

Josephus Primus Chairman Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) FX Sri Martono membawakan presentasi bertajuk

Sri Martono yang memulai kariernya di Grup Astra sejak 1995 itu mengatakan kain majun adalah bagian penting dari proses produksi. Makanya, pihaknya memasok banyak kain majun dari berbagai sumber. Buku 40 Tahun CSR Astra Melangkah Maju Bersama Indonesia mencatat, PT Astra Internasional Tbk menyerap kain majun dari kelompok ibu-ibu di Kelurahan Sungai Bambu, Warakas, dan Papanggo, semuanya di kawasan Jakarta Barat dan Utara sejak 2009. Rerata dalam sebulan, kain majun yang disetor untuk perakitan mobil Astra menyentuh angka 5 ton. Lalu, catatan pada 2013 menunjukkan sekitar 100 ibu di ketiga kelurahan tersebut sudah ikut serta dalam program CSR Grup Astra tersebut. Setiap ibu, rata-rata bisa mengantongi penghasilan bulanan hingga Rp 500.000.

Dalam pemaparannya, Sri Martono menambahkan saat ini, ada lebih dari 8.700 UKM yang menjadi binaan YDBA. Dari jumlah itu, lebih dari 279 UKM yang berkaitan langsung dengan proses produksi Grup Astra. Data juga menunjukkan dari 8.700 UKM, penyerapan tenaga kerja bisa mencapai 59.861 orang. Sampai dengan 2014, total transaksi Grup Astra dengan UKM yang berkaitan langsung dengan proses produksi mencapai Rp 2,3 triliun.

YDBA berdiri sejak 1980. Sejak masa itu, aku Sri Martono, pihaknya selalu menekuni proses-proses pendampingan. Proses itu berangkat dari pemilihan UKM yang bisa dikembangkan hingga proses pengelolaan manajemen profesional. "Kami mendampingi dengan hati," begitu pengakuan Sri Martono.

Lantaran alasan-alasan itulah, UKM-UKM tersebut mampu terus bertahan dan berkembang. "Yang juga penting adalah terus berkomunikasi terbuka," demikian FX Sri Martono.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com