Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertaruhan Astra di Bisnis Properti

Kompas.com - 26/05/2015, 12:35 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Di saat bisnis otomotif lesu, PT Astra International Tbk (ASII) mulai memperbesar bisnis properti. ASII menggenjot bisnis properti dengan memanfaatkan lahan seluas 2,4 hektare (ha) di kawasan Sudirman, Jakarta.

Di atas lahan tersebut ASII melalui Astra Property membangun satu gedung perkantoran, Astra Tower dan tiga menara apartemen mewah Anandamaya Residences. Dalam menggarap proyek ini, Grup Astra menggandeng Hongkong Land Pte Ltd.

Saat ini kedua proyek itu dalam tahap groundbreaking dan pembangunan basement. Targetnya, kedua proyek ini kelar tahun 2018 mendatang. Analis Reliance Securities, Robertus Yanuar Hardy mengatakan, pembangunan properti Astra memakan waktu sekitar tiga tahun. Jadi, kontribusi dari sektor properti tahun ini belum terasa. "Akhir tahun diperkirakan baru mulai presales," ujar dia kepada Kontan, Senin (25/5).

Astra dan Hongkong Land membentuk perusahaan patungan bernama PT Brahmayasa Bahtera. Astra Property menguasai 60 persen saham, sisanya milik Hongkong Land. Total investasi untuk proyek tersebut Rp 8,2 triliun.

Robertus menilai positif diversifikasi usaha ASII. Apalagi, bisnis properti merupakan lini baru yang belum pernah dilakoni ASII sebelumnya. "Ini cukup baik untuk menutupi penurunan dari sektor lain," ujar dia.

Tahun ini, bisnis otomotif yang menjadi tulang punggung Grup Astra tengah meredup. Di kuartal pertama tahun ini, laba bersih ASII menyusut 15,64 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp 3,99 triliun.

Analis First Asia Capital, David Nathanael Sutyanto menilai, bisnis properti bagus untuk diversifikasi, tapi masih sulit, diandalkan mengingat bisnis ini tengah melambat. Apalagi, ASII baru memulai bisnis properti.

Sejatinya, Grup Astra mulai melakukan strategi diversifikasi sejak belasan tahun lalu. Dengan diversifikasi itu, ASII mampu berkembang menjadi perusahaan besar. "Diversifikasi sekaligus memperkecil risiko penurunan di salah satu lini bisnis," imbuh dia.

Robertus memperkirakan, perlambatan sektor otomotif masih terjadi hingga akhir tahun. Meski demikian, lini bisnis ASII di sektor lain, seperti perkebunan, pertambangan dan konstruksi masih berpotensi tumbuh.

Otomotif dominan

Di sektor perkebunan Robertus yakin, permintaan kelapa sawit akan terus meningkat, terutama menjelang bulan Ramadhan. Sementara di sektor pertambangan, meski harga komoditas terus menurun, melemahnya nilai tukar rupiah bisa menahan penurunan sektor ini. Maklumlah, penjualan hasil tambang baik di dalam maupun di luar negeri menggunakan mata uang dollar AS.

Selanjutnya, sektor konstruksi juga berpotensi bertumbuh seiring dimulainya proyek infrastruktur pemerintah. Saat ini, bisnis konstruksi ASII belum mengantongi kontrak proyek infrastruktur pemerintah. Namun, perusahaan konstruksi ASII sudah mengambil bagian sebagai sub kontraktor untuk proyek pemerintah.

Sektor otomotif sendiri saat ini masih mendominasi bisnis ASII dengan kontribusi di atas 50 persen. Dengan demikian, Robertus memperkirakan pendapatan ASII di akhir tahun ini hanya tumbuh 3 persen-4 persen year on year (yoy) menjadi Rp 208 triliun hingga Rp 210 triliun.

Robertus merekomendasikan hold saham ASII dengan target harga Rp 8.200 per saham. Prospek bisnis ASII tahun ini stabil. Namun, untuk meningkat di atas 10 persen masih sulit. "Kalaupun turun hanya beberapa persen," kata David.

Ia merekomendasikan buy dengan target Rp 7.750 per saham. Harga saham ASII kemarin di Rp 7.575. (Dina Mirayanti Hutauruk, Wuwun Nafsiah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Whats New
Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com