Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2016 Pun Indonesia Masih Belum Bisa Lepas dari "Jerat" Impor Garam

Kompas.com - 28/05/2015, 16:02 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia masih belum bisa lepas dari "jerat" impor garam pada 2016. Setidaknya, hal itu bisa tecermin dari pernyataan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Partogi Pangaribuan.

Menurut dia, kebutuhan garam nasional yang tinggi, sementara produksi dalam negeri rendah, memaksa pemerintah untuk melakukan impor, terutama garam, terkait keperluan industri. "Terpaksa kami impor (garam) untuk keperluan Januari-Juni (2016 nanti)," ujar Partogi seusai acara Seminar Nasional Garam 2015 di Jakarta, Kamis (28/5/2015).

Dia menjelaskan, saat ini kebutuhan garam nasional untuk konsumsi sebanyak 1,7 juta ton dan garam untuk industri sebanyak 2,1 juta ton per tahun. Sementara itu, produksi garam nasional hanya 2,1 juta ton. Itu pun garam konsumsi, bukan garam industri.

Menurut Partogi, garam konsumsi dan Industri memiliki perbedaan, yaitu pada kadar NaCl-nya. Untuk garam konsumsi, kadar NaCl ada di bawah 98 persen.

Sementara itu, pada garam industri, kadar NaCl harus mencapai 98 persen. "Garam konsumsi kita sisa sekitar 400.000 ton setiap tahun. Misalnya, jika sisa garam konsumsi itu dikembangkan kembali dengan meningkatkan kandungan NaCl hingga 98 persen, maka pemerintah masih akan tetap impor garam (1,7 juta ton garam industri) karena kebutuhan garam industri hanya berkurang 400.000 ton (dari kebutuhan 2,1 juta ton)," kata Partogi.

Sebenarnya, kata dia, Indonesia bukan tak mampu memproduksi garam industri. Hanya, Indonesia saat ini memiliki kekurangan sumber daya, salah satunya lahan. Misalnya, kata dia, wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) secara iklim sangat baik untuk budidaya garam, tetapi bermasalah secara lahan.

Oleh karena itu, kata dia, pembangunan industri garam merupakan hal yang sangat penting bagi Indonesia, dan bisa mengakhiri ketergantungan pada impor garam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com