Hingga sekitar pukul 09.30 WIB, indeks terus melorot ke posisi 5.065,05 atau melemah 35,52 poin (0,69 persen). Tercatat 51 saham naik, 113 saham turun, dan 76 saham stagnan. Adapun nilai transaksi mencapai Rp 633,85 miliar dengan volume 655,11 juta lot saham.
Pada perdagangan akhir pekan lalu, IHSG berhasil ditutup naik tipis 4,75 poin pada 5.100,57. Namun selama sepekan IHSG terkoreksi 2,22 persen. Sepekan kemarin penjualan bersih asing mencapai Rp 1,3 triliun meningkat dari pekan sebelumnya Rp 443 miliar.
Menurut riset First Asia Capital, faktor yang memicu anjloknya IHSG dan naiknya yield obligasi merupakan kombinasi faktor domestik dan eksternal.
Dari domestik, sejumlah indikator makro ekonomi cenderung memburuk. Nilai tukar rupiah atas dolar AS terus melemah hingga Rp 13.288 per dollar AS (kurs Jisdor), posisi terburuk rupiah sejak Agustus 1998.
Sementara dari eksternal, pasar juga masih dikhawatirkan dengan krisis utang Yunani dan kenaikan bunga The Fed pada paruh kedua tahun ini setelah data tenaga kerja yang keluar akhir pekan lalu positif di atas perkiraan. Hal itu mengindikasikan perekonomian negara tersebut tumbuh moderat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.