Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keputusan Rini Soemarno Copot Dirut Bulog Dipertanyakan

Kompas.com - 08/06/2015, 14:14 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mencopot Lenny Sugihat dari jabatannya sebagai Direktur Utama Bulog dipertanyakan.

Pasalnya, Lenny belum lama menduduki kursi orang nomor satu Bulog itu. "Saya malah ingin bertanya kepada beliau (Menteri BUMN), indikatornya apa (mencopot Dirut)?" ujar pengamat pertanian, Khudori, dalam acara diskusi RRI Pangan Kita di Jakarta, Senin (8/6/2015).

Dia merasa heran alasan pencopotan itu dikaitkan dengan tak tercapainya target Bulog menyerap beras petani 4 juta ton. Pasalnya, panen raya hingga saat ini belum selesai, dan target yang diberikan pemerintah kepada Bulog untuk menyerap 4 juta ton beras sangat berat.

Bulog sebagai BUMN memiliki kewajiban tak boleh merugi. Padahal, kata dia, pembelian beras dari petani sebanyak 4 juta ton beras membutuhkan anggaran yang besar juga.

Parahnya, kata Khudori, pemerintah tak memberikan instrumen kebijakan yang memudahkan Bulog menyerap beras dari petani itu. Oleh karena itu, dengan fungsi "dua kaki" yang dimiliki Bulog saat ini, target penyerapan beras 4 juta ton yang diberikan pemerintah sulit tercapai.

"Sampai hari ini, penyerapan terbesar Bulog itu tahun 2009, yaitu 3,6 juta ton beras dan belum pernah terpecahkan hingga kini. Kalau pemerintah minta 4 juta ton, instrumen apa yang diberikan kepada Bulog," lanjut Khudori.

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Lenny Sugihat diberhentikan dari jabatannya. Pemberhentian tersebut disebabkan tidak tercapainya pengadaan beras yang dilakukan oleh Bulog selama masa kepemimpinannya.

Direktur Pelayanan Publik Bulog Lely Pelitasari Soebekty mengatakan, surat keputusan pemberhentian direktur utama tersebut akan diserahkan pada Senin (8/6/2015). Berdasarkan informasi lisan yang diterima Lely, Direktur Utama Bulog diberhentikan karena tidak tercapainya target pengadaan beras yang dinilai tidak memenuhi harapan pemerintah, yakni 4 juta ton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com