Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modal Rp 1 Jutaan, Anda Bisa Jadi Pengusaha

Kompas.com - 09/06/2015, 16:45 WIB
Estu Suryowati

Penulis


KOMPAS.com — Butuh penghasilan tambahan atau hanya ingin mengisi waktu senggang pasca-pensiun? Mungkin satu usaha budidaya ini layak Anda coba. Ya, budidaya jamur bisa menjadi alternatif buat Anda.

Seperti yang dilakukan oleh Subandi (63), sejak pensiun dari Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Pemerintah Kabupaten Kulonprogo pada 2008 lalu, ia mulai menekuni budidaya jamur.

Pagi ini, kepada sesama pensiunan yang merupakan nasabah BTPN Purnabakti, Subandi berbagi ilmu tentang budidaya jamur tiram, jamur kuping, dan jamur lingzi. Acara berbagi pengalaman menjadi pengusaha ini dihadiri oleh sekitar 30 pensiunan dari berbagai profesi.

Ternyata tak butuh modal terlalu banyak untuk memulai usaha budidaya jamur, yakni hanya sekitar Rp 1 juta. "Usaha jamur ini (kalau saya) hanya untuk samben. Kalau untuk pensiunan, ini cocok sekali karena tidak butuh tenaga banyak. Ora perlu macul neng panasan. Syaratnya, dekat dengan air (untuk penyiraman)," kata Subandi di Yogyakarta, Selasa (9/6/2015).

Untuk menghasilkan siklus budidaya jamur yang konstan, idealnya dibutuhkan 500 baglog. Baglog adalah media tanam jamur, terbuat dari serbuk kayu yang dimasukkan ke dalam plastik dan dibentuk menyerupai potongan kayu gelondongan.

Satu baglog berharga Rp 2.000 sehingga butuh modal Rp 1.000.000 untuk 500 baglog. Modal usaha lainnya yakni untuk pembuatan rumah jamur, yang membutuhkan sekitar Rp 150.000.

Subandi menyebut, rumah jamur ini bisa dibangun secara sederhana, yakni dengan menggunakan bambu-bambu yang disusun seperti rak.

Dengan panjang bambu dua meter dan tinggi tiga meter, satu rak bisa menampung 150 baglog. Beri ruang antara rak satu dan yang lain sekurang-kurangnya setengah meter agar jamur tumbuh dengan sempurna.

Tak lupa, proses ini memerlukan pula penyemprotuntuk menyiram setiap hari. Harga penyemprot atau sprayer ini hanya Rp 40.000. Subandi mengatakan, total modal yang dibutuhkan Rp 1.190.000. "BEP (break event point atau balik modal) 1 bulan 10 hari, dan masih bisa panen hingga dua kali musim panen," kata Subandi.

Subandi adalah salah seorang nasabah PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) yang mengikuti program Daya Tumbuh Usaha. BTPN memiliki program pemberdayaan yang terukur dan berkelanjutan, yaitu Daya. Daya memiliki tiga pilar program, yaitu Daya Sehat Sejahtera, Daya Tumbuh Usaha, dan Daya Tumbuh Komunitas.

Program Daya diterapkan pada semua unit bisnis BTPN, yaitu BTPN Purna Bakti (unit bisnis yang fokus melayani nasabah pensiunan), BTPN Mitra Usaha Rakyat (unit bisnis yang fokus melayani pelaku usaha mikro dan kecil), BTPN Mitra Bisnis (melayani pelaku usaha menengah), serta BTPN Sinaya (bisnis pendanaan BTPN). Daya juga diimplementasikan pada anak usaha BTPN Syariah.

Regional Governance Head BTPN Purna Bakti untuk Wilayah Jawa Tengah Hari Suseno mengatakan, mayoritas atau 70 persen nasabah BTPN Purna Bakti adalah pensiunan pegawai negeri sipil (PNS).

 
Program Daya diharapkan dapat membangun dan menggairahkan semangat berwirausaha, meski usia sudah senja. "Diharapkan, kalau mereka punya inspirasi, mereka kan bisa mengembangkan," kata Heri di sela-sela pelatihan.
 
Sepanjang 2014, jumlah nasabah yang mengikuti program Daya sebanyak 1,77 juta orang. Pada kuartal-I 2015, jumlah nasabah peserta Daya sekitar 311.000 orang, dari komunitas prasejahtera produktif.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com