Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu "Reshuffle" Kabinet Masuk Radar Pasar

Kompas.com - 24/06/2015, 11:05 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Isu perombakan Kabinet Kerja 2014-2019 semakin kencang. Meski belum ada konfirmasi dari Istana, sinyal Presiden Joko Widodo bakal merealisasikan reshuffle kabinet kian kuat.

Para menteri juga dag-dig-dug. "Saya belum merombak eselon I, tunggu reshuffle selesai," ujar seorang menteri, beberapa waktu lalu.

Isu panas ini juga ditangkap para pelaku pasar modal domestik. Sebagian analis menilai, Presiden Jokowi perlu merombak kabinetnya, utamanya tim ekonomi kabinet.

Selama delapan bulan pertama pemerintahan, arah kebijakan sejumlah kementerian dianggap tidak jelas. Reza Nugraha, analis MNC Securities, mencontohkan, hingga kini penyerapan anggaran pemerintah masih minim sehingga laju ekonomi melambat. "Hampir semua kementerian tak menunjukkan kinerja bagus," tutur Nugraha, Selasa (23/6/2015).

Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo mencatat bolong-bolong kabinet saat ini. Misalnya, kabinet  membutuhkan Menteri Keuangan yang memiliki latar belakang makro ekonomi, serta butuh dukungan Gubernur Bank Indonesia yang lebih berwibawa.

Komunikasi Tim Ekonomi Jokowi juga buruk. Tim Ekonomi seringkali menceritakan kebijakan yang belum matang. "Sehingga pasar bingung mengantisipasi dan bikin menderita," ucap dia.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral juga dinilai gagal menemukan strategi terkait penetapan harga BBM. Saat harga minyak mentah turun, pemerintah justru mengerek harga BBM. Kini, pemerintah kembali bimbang menaikkan harga BBM.

Nah, waktu ideal, kata Satrio, reshuffle dilakukan sebelum 15 Juli. Jika pertumbuhan ekonomi semester pertama buruk, itu menjadi alasan untuk reshuffle. Secara tegas dia berharap, "Jangan ada menteri tambahan dari PDI-P!"

Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada justru cemas program pemerintah bisa mundur jika kabinet dirombak. Reshuffle sebaiknya ketika kabinet berusia setahun.  Yang patut dicatat, reshuffle bukan obat mujarab dalam kondisi sekarang. "Menteri baru butuh penyesuaian sehingga pembangunan makin lambat," ucap dia.

Pasar juga akan mencermati kredibilitas si menteri baru. Jika oke, mereka berani masuk. Sebaliknya, jika penggantinya  lebih buruk, situasi bisa lebih runyam.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee juga melihat reshuffle kabinet bukan kebutuhan mendesak saat ini. Presiden perlu memberikan kesempatan bagi para menteri 1,5 tahun - 2 tahun untuk menunjukkan kinerja. 

Beradaptasi di kementerian, setidaknya butuh enam bulan. "Pekerjaan dua hingga tiga bulan belum bisa terlihat hasilnya," kata Hans.

Lagi pula, pemicu melemahnya ekonomi Indonesia bukan hanya dalam negeri, melainkan juga akibat perlambatan ekonomi dunia.

Priyambada menyadari, pertumbuhan ekonomi 4,7 persen-4,8 persen turut menekan indeks saham. Dia menurunkan target IHSG tahun ini dari 5.400 menjadi 5.250.

Satrio melihat, IHSG masih tertekan. Resistance 5.350-5.400. Jika bisa ke atas 5.400, Satrio yakin IHSG menembus rekor tertinggi tahun ini. (Annisa Aninditya Wibawa, Dina Mirayanti Hutauruk)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com