Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penurunan Produksi Total karena Faktor Alamiah, Bukan Kontrak akan Habis

Kompas.com - 07/07/2015, 23:29 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pihak Total E&P Indonesie (Total) menegaskan bahwa penurunan produksi atau “declining” yang dialami, utamanya gas, di Blok Mahakam, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur bukan disebabkan lantaran kontraknya yang akan habis pada 2017 mendatang.

Vice President Corporate Communication HR and Finance Total E&P Indonesie, Arividya Noviyanto menuturkan, dalam program kerja dan anggaran (WPNB) 2015 produksi gas dipatok 1.645 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Sedangkan produksi minyak ditargetkan sebesar 65.000 barel per hari (BPH). Angka ini lebih rendah dari realisasi produksi gas 2014 sebesar 1.649 MMSCFD, dan produksi minyak 67.000 BPH.

Noviyanto menjelaskan, penurunan produksi Blok Mahakam memang disebabkan lapangan tersebut sudah uzur. “Jadi posisi Mahakam dari tahun-tahun sebelumnya ini decline,” kata dia di Jakarta, Selasa (7/7/2015).

Kendati diperkirakan produksi tidak lebih tinggi dari tahun sebelumnya, namun Noviyanto menuturkan hingga posisi semester pertama tahun ini produksi gas masih lebih tinggi dari target WPNB 2015. Sementara itu, melihat penurunan alamiah tersebut, pihak Total akan mengajukan revisi WPNB.

Rencana ini juga dibarengi dengan akan dikuranginya pengeboran atau rig, dari 11 rig yang beroperasi menjadi 7 rig pada akhir tahun, dan akan menjadi 3 rig pada tahun 2016 nanti.

Meski mengurangi rig, Noviyanto memastikan hal tersebut bukan karena kontrak bagi hasil (PSC) di Blok Mahakam akan berakhir pada 2017.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com