Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Sapi Pilihan Terakhir

Kompas.com - 15/07/2015, 14:03 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Australia sudah menyatakan kekecewaannya terkait rencana pemerintah Indonesia yang akan melakukan pengurangan kuota impor sapi Australia untuk kuartal ketiga Juli-September 2015. Namun, Menteri Perdagangan (Mendag) Rahmat Gobel menanggapi santai sikap pemerintah Australia itu.

Saat ini kata dia, pemerintah Indonesia sedang melakukan evaluasi impor sapi sembari menghitung jumlah stok yang ada di dalam negeri. "Kebijakan kita impor sapi itu adalah yang terakhir (kalau stok kurang). Saat ini kita sedang evaluasi stok (sapi) yang ada di dalam negeri. (Impor sapi) yang 50.000 ini adalah kebutuhan saat ini. Nanti (setelah evaluasi) bisa saja lebih (dari 50.000 yang akan di impor) karena saat ini sedang kita evaluasi," ujar Rahmat Gobel di Kantor Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta, Rabu (15/7/2015).

Meski belum memastikan apakah jumlah sapi impor asal Australia tersebut akan ditambah atau tidak, Mendag menegaskan bahwa pemerintah akan terlebih dahulu melihat stok sapi dalam negeri. Menurut Rahmat, apabila ternyata stok sapi dalam negeri kurang, pemerintah pasti akan menambah impor sapi tersebut. "Karena harga sapi impor juga tinggi juga kan, makanya kita evaluasi (jumlah impor sapi dari Australia). Kalau (stok sapi) kurang pasti kita impor, kalau cukup ngapain kita impor coba," kata Rahmat.

Sebelumnya, seperti dilansir Australia Plus ABC, kalangan industri ternak sapi di Australia Utara mengatakan telah mendapat informasi bahwa pemerintah Indonesia akan menerbitkan izin impor hanya untuk 50 ribu ekor sapi Australia untuk kuartal ketiga 2015. Sebagai perbandingan, pada kuartal kedua April-Juni 2015, Indonesia mengizinkan impor 250 ribu ekor sapi Australia. Sedangkan pada kuartal pertama 2015 angkanya 75 ribu ekor.

Juru bicara Menteri Pertanian Australia Barnaby Joyce menanggapi kabar tersebut dengan menyatakan bahwa pemerintah Australia menghormati keputusan Indonesia, namun tetap merasa kecewa jika hal itu benar.

Sementara itu, CEO Asosiasi Eksportir Ternak Australia (ALEC) Alison Penfold mengatakan kabar tersebut sangat mengejutkan kalangan industri."Jumlahnya jauh di bawah harapan kami dan harapan kalangan importir di Indonesia sendiri," kata dia.

Alison Penfold mengatakan pihaknya yakin bahwa pengurangan ini tidak ada kaitannya dengan isu lain, misalnya kebijakan pemerintah Australia yang mencegat dan memulangkan perahu pencari suaka kembali ke perairan Indonesia."Hal ini semata-mata berkaitan dengan masalah produksi sapi di Indonesia. Jadi isunya adalah masalah pasokan sapi," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Great Eastern Life Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 208 Miliar Sepanjang 2023

Great Eastern Life Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 208 Miliar Sepanjang 2023

Whats New
Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Whats New
Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Earn Smart
Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Whats New
Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Whats New
Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com