Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Reksa Dana Berbasis Dollar AS

Kompas.com - 22/07/2015, 06:06 WIB

Oleh Rudiyanto*

@rudiyanto_zh
 
KOMPAS.com - Di tengah mata uang Amerika Serikat atau dollar AS (USD) yang terus menguat seperti yang terjadi sekarang ini, sebagian dari anda tentu berpikir investasi di USD akan menguntungkan. Tapi tahukah anda, ada juga reksa dana yang berbasis USD? Seperti apa reksa dana tersebut?
 
Dalam peraturan OJK yang mengatur tentang pedoman Kontrak Investasi Kolektif, mata uang yang diperbolehkan untuk suatu reksa dana ada 3 yaitu Rupiah, USD dan Euro. Namun dalam prakteknya, baru dua yang digunakan yaitu Rupiah dan USD.
 
Jadi Manajer Investasi bisa menggunakan mata uang Rupiah ataupun USD dalam mata uang yang dibentuknya. Berdasarkan jenisnya, praktis, tidak ada perbedaan antara reksa dana dengan mata uang Rupiah dan USD.
 
Artinya jika ada reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, campuran, saham, terproteksi, dengan mata uang Rupiah, maka diperbolehkan membuat jenis reksa dana yang sama dengan mata uang USD.
 
Jadi ada reksa dana pasar uang USD, pendapatan tetap USD, campuran USD, saham USD dan terproteksi USD. Meski belum terlalu banyak, jumlah reksa dana ini terus bertambah dari tahun ke tahun.
 
Jenis reksa dana ini semakin mendapat minat dari masyarakat karena digunakan untuk tujuan keuangan yang membutuhkan mata uang USD seperti pendidikan anak di luar negeri dan mengembangkan kekayaan investor berbentuk USD.
 
Meski secara jenis sama, tapi ada beberapa perbedaan yang wajib investor cermati antara lain
 
Harga Reksa Dana
Yang membedakan NAB per Up atau harga reksa dana adalah harga awal reksa dana tersebut, dimana jika reksa dana Rupiah selalu dimulai dari Rp 1.000, maka reksa dana USD selalu dimulai dari 1 dollar AS. 
 
Perbedaan lain adalah pada jumlah angka di belakang koma. Dimana umumnya harga reksa dana Rupiah menggunakan 2 hingga 4 angka di belakang koma, tapi untuk reksa dana USD dipastikan minimal menggunakan 4 angka di belakang koma.
 
Biaya Transfer Dana
Pembelian reksa dana baik Rp atau USD harus menggunakan cara transfer dari rekening tabungan atas nama sendiri. Meski demikian, rekening tabungan USD belum terlalu banyak dikenal oleh masyarakat.
 
Selain tidak semua bank memiliki fasilitas tabungan USD, nominal pembukaannya juga tidak kecil. Dan yang paling memberatkan adalah biaya transfer USD apabila dilakukan melalui bank yang berbeda.
 
Sebab berbeda dengan transfer menggunakan mata uang Rp, transfer menggunakan mata uang USD akan dikenakan berbagai biaya mulai dari biaya komisi bank pengirim, biaya bank koresponden, biaya same day (agar uang diterima pada hari yang sama) dan biaya full amount (agar nominal yang diterima sesuai dengan yang dituliskan). 
 
Total dari biaya-biaya di atas bisa mencapai puluhan hingga ratusan USD tergantung nominal transaksi yang dijalankan. Untuk meminimalkan biaya tersebut, sebaiknya menggunakan rekening tabungan dolar di bank yang sama dengan bank kustodian reksa dana karena hanya akan dikenakan biaya pindah buku saja jika ada.
 
Risiko Nilai Tukar
Sesuai dengan peraturan OJK, ketentuan instrumen investasi yang diperbolehkan bagi reksa dana USD adalah pasar uang, obligasi dan saham. Kemudian dari 100 persen dana yang dimiliki, maksimum yang boleh diinvestasikan luar negeri adalah 15 persen, dengan kata lain minimum 85 persen harus ditempatkan pada instrumen investasi dalam negeri.
 
Untuk pasar uang dan obligasi, pada dasarnya tidak ada kendala yang terlalu besar karena Manajer Investasi bisa menempatkannya pada giro, deposito dan obligasi dengan mata uang USD. 
 
Obligasi USD tersebut umumnya diterbitkan oleh pemerintah dan korporasi yang membutuhkan pendanaan dalam bentuk USD. Obligasi tersebut diterbitkan dalam nominal USD, membayar bunga dalam USD dan ketika jatuh tempo juga dikembalikan dalam mata uang USD.
 
Untuk reksa dana saham, karena tidak tersedianya saham dalam mata uang USD dan investasi ke luar negeri dibatasi maksimum 15 persen, maka umumnya Manajer Investasi akan menempatkannya pada instrumen saham berbasis Rupiah.
 
Perbedaan antara mata uang instrumen yang dibeli dengan mata uang reksa dana akan menyebabkan timbulnya risiko kurs pada reksa dana tersebut. Sebagai ilustrasi:
 
Investor menempatkan 10.000 dollar AS pada reksa dana ketika kurs Rp 10.000/ dollar AS atau setara Rp 100 juta. Manajer Investasi kemudian menggunakan uang tersebut untuk membeli saham dengan harga Rp 10.000 / lembar, atau diperoleh 100.000 lembar.
 
1 tahun kemudian harga saham naik menjadi Rp 12.000 atau 20 persen. Namun nilai tukar kurs menjadi Rp 13.000 / dollar AS. Maka nilai investasi milik investor adalah Rp 12.000 dikali 100.000 lembar menjadi Rp 120 juta. Kemudian dikurskan ke USD yaitu Rp 120 juta dibagi 13.000 = 9.230 dollar AS atau turun 770 dollar AS dari nilai investasi awal. 
 
Sebaliknya, dalam skenario lain misalkan setelah 1 tahun harga saham naik menjadi Rp 12.000 atau 20 persen dan nilai tukar kurs menjadi Rp 9.000 / dollar AS. Maka nilai investasi akan sebagai berikut Rp 12.000 dikali 100.000 lembar = Rp 120 juta. Kemudian dikurs ke USD yaitu Rp 120 juta dibagi 9.000 = 13.333 dollar AS.
 
Dengan kata lain, risiko kurs adalah ibarat pedang bermata dua. Ketika kurs USD menguat terhadap Rupiah, maka akan membuat kinerja reksa dana berkurang. Sebaliknya Kurs USD melemah terhadap Rupiah, maka reksa dana akan mendapatkan keuntungan ganda dari kenaikan harga saham dan kurs.
 
Perlu diperhatikan bahwa risiko kurs ini hanya terjadi pada reksa dana saham dan campuran USD yang memiliki komposisi dominan pada penempatan saham. Pada reksa dana pendapatan tetap, pasar uang dan terproteksi USD, praktis tidak ada sama sekali karena seluruh penempatannya pada instrumen berbasis USD langsung.
 
Asumsi Return
Jika deposito dalam bentuk USD akan memberikan bunga yang lebih rendah dibandingkan Rupiah. Di obligasi juga demikian, dimana obligasi USD akan memberikan kupon lebih kecil dibandingkan obligasi Rupiah.
 
Untuk saham sebetulnya tergantung. Jika pada tahun yang bersangkutan mata uang USD melemah maka return reksa dana saham USD bisa lebih tinggi daripada reksa dana saham Rupiah dan sebaliknya.
 
Namun melihat tren nilai tukar mata uang USD dan Rupiah dalam jangka panjang dimana USD cenderung menguat, maka kemungkinan besar dalam return reksa dana saham USD dalam jangka panjang akan lebih rendah dibandingkan reksa dana saham Rupiah.
 
Meski belum ada penelitian yang membuktikan, menurut perkiraan saya seharusnya reksa dana pendapatan tetap USD akan lebih rendah 2 – 3 persen dibandingkan reksa dana pendapatan tetap Rupiah dan untuk reksa dana campuran dan saham USD akan lebih rendah 4 – 7 persen.
 
Referensi asumsi return silakan baca  http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/05/05/070743526/Prinsip.SMART.dalam.Investasi.Reksa.Dana 
 
Demikian, semoga artikel ini dapat membuat anda memahami reksa dana USD.

*Rudiyanto adalah penulis Buku “Sukses Finansial dengan Reksa Dana” dan “Fit Focus Finish” yang diterbitkan oleh Elex Media. Head of Operation and Business Development Panin Asset Management. Salah satu Manajer Investasi terbesar di Indonesia, penerima penghargaan reksa dana Tertinggi, Terbaik dan Terfavorit pada tahun 2015 oleh Majalah Investor – Infovesta. Rudiyanto juga merupakan anggota Kelompok Kerja (POKJA) Otoritas Jasa Keuangan untuk peningkatan Literasi Keuangan di Indonesia.  Blog rudiyanto.blog.kontan.co.id

FB Rudiyanto.Blog

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com