Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selesainya Proyek Infrastruktur Jalan Jadi Harapan Industri Otomotif

Kompas.com - 23/07/2015, 14:28 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Ketatnya likuiditas, suku bunga bank, serta nilai tukar rupiah yang masih tertekan menyebabkan lesunya industri otomotif tahun ini. Pengusaha otomotif nasional Johnny Darmawan memperkirakan sepanjang  2015 penjualan mobil hanya mampu mencapai angka satu juta unit.

Johnny menaksir industri otomotif mampu kembali pulih dalam satu hingga dua tahun mendatang, seiring dengan selesainya proyek infrastruktur jalan yang tengah menjadi fokus pemerintahan Joko Widodo. “Saya melihat jangka pendek setahun-dua tahun sudah pulih. Kenapa aku bilang begitu? Saat ini belanja APBN baru 18 persen sampai semester pertama. Itu kan kalau dibangun infrastruktur bisa mendorong transportasi. Mudah-mudahan ini akan men-trigger,” kata Jonny ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (23/7/2015).

Johnny mengatakan lesunya industri otomotif setahun terakhir ini memang disebabkan tiga faktor tersebut. Pengetatan likuiditas yang dilakukan otoritas Bank Indonesia (BI) beberapa waktu lalu melalui penerbitan aturan loan to value (LTV) serta financing to value (FTV) telah menurunkan permintaan industri otomotif. Kendati  kini aturan tersebut sudah diturunkan lagi,  menurut Johnny dampak kebijakan tersebut sudah terasa bagi kalangan industri otomotif.

Faktor lain yakni suku bunga BI yang saat ini di level 7,5 persen. Namun, perbankan masih belum mengikuti kebijakan itu. Pasalnya, kehati-hatian risiko kredit macet bertambah akibat ekonomi lesu. “Problem nilai tukar saat ini Rp 13.000 per dollar AS. Sedangkan kita daya belinya kurang. Karena komoditinya enggak ada, jadi kalau nilai tukar meningkat, harga pasti (tinggi). Kalau daya beli drop, harga naik, apa yang terjadi? Penjualan mobil akan berkurang,” tuturnya.

Selain ketiga faktor itu, Johnny juga menambahkan ada faktor makro ekonomi yang memengaruhi suku bunga serta likuiditas perbankan. “Faktor lain yang cukup memengaruhi juga adalah banyaknya pemberitaan yang enggak jelas. Masalah pajak, masalah LTV sebentar naik, sebentar dikurangi. Jadi, selain makro ekonomi, menurut saya karena ini pasti otomotif terkena imbasnya. Karena otomotif kebutuhan sekunder, pasti yang pertama kali dikurangi . Pertama, orang akan mengutamakan makan dan minum,” demikian Johnny Darmawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com