Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nadiem Makarim, Lulusan Harvard yang Jadi Juragan Go-Jek

Kompas.com - 28/07/2015, 22:46 WIB

Yang jelas, Go-Jek Indonesia telah mendapatkan suntikan dana dari investor Northstar Group, sebuah perusahaan investasi yang bermarkas di Singapura. Itu sebabnya, Go-Jek kini gencar melakukan promosi besar-besaran untuk memperkenalkan jasa ini kepada masyarakat dan berekspansi.

Tengok saja, selama Ramadhan ini, Go-Jek meluncurkan promosi bayar hanya Rp 10.000 untuk jasa antar di wilayah Jakarta. Normalnya, tarif yang digunakan sesuai hitungan sistem yang terprogram ialah Rp 15.000 untuk 1,5 km dan tarif akan naik setiap 1,5 km berikutnya.

Pria berusia 31 tahun ini mengaku masih belum mendapatkan keuntungan. Dia masih harus mengeluarkan budget besar untuk promosi dan pengembangan aplikasi di ponsel.  

Pelanggan yang menjadi juragan ojek

Inovatif dan pantang menyerah. Itulah kunci sukses Nadiem Makarim saat mendirikan PT Go-Jek Indonesia. Saat awal merintis usaha, ia kerap turun ke tempat para tukang ojek mangkal. Sudah begitu, tetap saja sulit merekrut pengojek untuk bergabung.

Nadiem Makarim termasuk seorang pengusaha yang jeli membaca peluang bisnis. Berawal dari kebiasaannya menggunakan ojek untuk pergi ke kantor, ia mendapat ide untuk mengawinkan jasa ojek dan teknologi. Dari situ, lahirlah PT Go-Jek Indonesia yang resmi meluncur sejak awal tahun ini.

Nadiem bercerita, kebiasaan menggunakan ojek sudah menjadi rutinitas harian. Saat itu, ia masih bekerja sebagai Co-Founder dan Managing Editor Zalora Indonesia dan Chief Innovation Officer Kartuku. Nah, setiap berangkat ke kantor, ia selalu menggunakan ojek.

Bukan berarti ia tidak memiliki kendaraan pribadi, seperti mobil atau motor. Ia lebih memilih menggunakan ojek saat pulang atau pergi ke kantor karena merasa lebih aman.

Menurut dia, tingkat kecelakaan pada pengguna ojek sangat kecil. Selama menggunakan jasa ojek, ia tidak pernah mengalami kecelakaan. "Waktu menggunakan taksi, saya dua kali kecelakaan, kendaraan pribadi tiga kali kecelakaan, dan naik motor pribadi satu kali kecelakaan," katanya kepada Kontan.

Lantaran sering menggunakan jasa ojek, Nadiem pun sering ngobrol dengan para tukang ojek langganannya. Dari hasil obrolan dan pengamatannya, ia mengetahui bahwa sebagian besar waktu tukang ojek banyak dihabiskan untuk mangkal dan menunggu penumpang.

Di tempat mangkal, biasanya mereka giliran dengan tukang ojek lainnya. Sudah giliran, kadang penumpang sepi. Sementara itu, dari sisi pengguna jasa, keamanan dan kenyamanan ojek belum terjamin 100 persen.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com