Sofyan menjelaskan, kemungkinan tidak adanya perubahan harga BBM di bulan Agustus nanti disebabkan beberapa pertimbangan. Pertama, harga minyak dunia melorot tajam, hingga di bawah 50 dollar AS per barrel sejak Juni. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, naik 81 sen menjadi ditutup pada 48,79 dollar AS per barrel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk September, patokan global, berakhir pada 53,38 dollar AS per barrel, naik moderat delapan sen dari tingkat penutupan Selasa.
Pertimbangan selanjutnya yaitu nilai tukar rupiah yang terus-menerus mengalami pelemahan. Pada awal perdagangan pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus melemah mendekati Rp 13.500.
Di sisi lain, sambung Sofyan, pemerintah masih memiliki utang ke PT Pertamina (Persero) sebagai penyalur BBM. Kerugian ini menurut Sofyan perlu dikompensasi, sehingga kemungkinan tidak akan ada penurunan harga BBM, namun tidak juga ada kenaikan.
“Iya (kurs melemah), tapi kan ada penurunan crude internasional. Jadi kan kombinasi, penurunan harga crude, pelemahan rupiah, ada kerugian (Pertamina) yang artinya kemarin kita tidak mengikuti harga pasar sepenuhnya. Maka, ini perlu dikompensasi,” ucap Sofyan.
Pada evaluasi terakhir, pemerintah menetapkan harga BBM jenis Premium sebesar Rp 7.400 per liter, sedang harga solar yang mendapat subsidi tetap Rp 1.000 per liter, harganya Rp 6.900 per liter. Adapun harga minyak tanah yang mendapat subsidi floating , harganya tetap Rp 2.500 per liter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.