Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fadli Zon Minta Pemerintah Tak Buang Badan Terkait Pelemahan Rupiah

Kompas.com - 03/08/2015, 12:16 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon meminta pemerintah segera mengambil sikap terkait melemahnya rupiah yang sempat tembus Rp 13.500 per dollar AS. Menurut Fadli, pemerintah harus meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait untuk mengatasai permasalahan ini.

Fadli mengatakan, melemahnya rupiah terhadap dollar AS berdampak pada menurunnya produktivitas industri nasional. Ancaman paling nyata dari pelemahan rupiah adalah pemutusan hubungan kerja karena situasi perusahaan yang terjepit.

"Ancaman PHK sudah semakin nyata. Perusahaan banyak yang mengalami penurunan kemampuan keuangan secara drastis akibat situasi ekonomi nasional yang terpuruk," kata Fadli di Jakarta, Senin (3/8/2015).

Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu lalu mengkritik Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro yang dianggapnya melempar tanggung jawab pada Bank Indonesia terkait pelemahan rupiah. Fadli menilai pernyataan Menkeu merupakan cermin buruknya koordinasi pemerintah dengan BI. (baca: Makin Terpuruk, Rupiah Sentuh Posisi Terendah sejak Krisis 1998)

"Pernyataan Menteri Keuangan yang menyatakan depresiasi rupiah bukan tanggung jawab pemerintah adalah sikap yang sangat keliru, bahkan berbahaya," ujarnya.

Fadli khawatir lemahnya koordinasi pemerintah dengan BI akan menimbulkan persepsi buruk bahwa pemerintah tidak mampu mengendalikan keterpurukan rupiah terhadap dollar. (baca: Investor Asing Menarik Dana dari Indonesia)

Ia mendesak agar pemerintah merespons depresiasi rupiah dengan lebih konkret, misalnya mempertegas kebijakan penggunaan mata uang rupiah dalam setiap transaksi di Indonesia dan meningkatkan ekspor.

"Ini sudah lampu merah, tanda bahaya. Pemerintah jangan lagi hanya melepas tanggung jawab dan membuang badan atas situasi ini," kata Fadli.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sempat terpuruk dan menembus level Rp 13.539 per dollar AS pada Jumat (31/7/2015). Nilai tersebut kembali menempatkan rupiah pada level terendah sejak krisis tahun 1998 silam.

"Kondisi (rupiah) yang sekarang ini kalaupun sedikit lemah karena penguatan dollar AS karena kemungkinan Fed fund rate (suku bunga acuan AS) meningkat," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. (baca: Rupiah Sentuh Rp 13.500, Ini Penjelasan BI)

Menurut dia, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS itu sangat kuat seusai rapat pimpinan bank sentral AS. Hasil rapat itu, kata Agus, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS naik 2,3 persen pada kuartal II-2015.

Dibandingkan kuartal tahun lalu, lanjut dia, pertumbuhan AS itu sangat baik. Tak cuma itu, rupiah juga tertekan oleh faktor dalam negeri. Setiap akhir bulan, kebutuhan dollar AS selalu meningkat karena banyak perusahaan berkewajiban membayar utang valas. Meski begitu, lanjut dia, BI akan selalu melakukan pengawasan terhadap volatilitas rupiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com