Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Perbedaan Pelemahan Rupiah Saat Ini dengan Tahun 1998

Kompas.com - 05/08/2015, 09:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada saat ini dinilai berbeda jauh dengan kondisi pada tahun 1998. Sebab, fundamental ekonomi Indonesia sekarang lebih kuat dibandingkan pada era tersebut.

Analis PT Pefindo, Guntur Tri Hariyanto, menjelaskan, pada 1998, pelemahan rupiah terjadi karena contagion effect (efek domino) dari pelemahan baht Thailand yang kemudian menyebar ke berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia.

Pada 1998, kata Guntur, fundamental ekonomi Indonesia sangat tidak baik, cadangan devisa pernah menyentuh 10 miliar dollar AS hingga 15 juta dollar AS, dan rasio utang terhadap gross domestic product (GDP) atau produk domestik bruto (PDB) sempat melambung ke posisi 60 persen.

"Saat ini, cadangan devisa 108 miliar dollar AS dan rasio utang terhadap GDP hanya pada kisaran 25 persen, bahkan merupakan salah satu yang terendah di dunia," kata Guntur kepada Tribun, Jakarta, Selasa (4/8/2015).

Pada era tersebut, pertumbuhan ekonomi dalam negeri menyusut secara tajam hingga minus 13 persen. Namun, laju ekonomi saat ini masih terbilang tumbuh positif antara 4 persen dan 5 persen, walaupun mengalami pelambatan.

Selain persoalan tersebut, menurut Guntur, pelemahan rupiah pada 1998 juga didorong dengan sistem perbankan yang amburadul, ketika bank-bank melakukan pembiayaan terhadap grup bisnisnya sendiri secara berlebihan dengan dana yang diperoleh dari utang dalam mata uang asing.

"Sekarang, pertumbuhan perbankan memang sedang melambat. Namun, sistem perbankan sudah jauh lebih sehat, likuiditas cukup memadai, dan kredit macet cukup terkendali dengan baik. Kondisi tahun 1998 juga menggambarkan ketidakpastian politik yang sangat besar sebab terjadinya pergantian rezim pemerintahan otoriter," ucapnya.

Pelemahan rupiah saat ini lebih disebabkan oleh adanya spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (The Fed) seiring mulai membaiknya perekonomian Negeri Paman Sam. Selain itu, banyaknya permintaan dollar AS untuk membayar utang, terutama pihak swasta, juga turut menekan rupiah.

Kini, nilai tukar rupiah terus terpuruk. Bahkan, rupiah di pasar spot sudah menembus level 13.500 per dollar AS. Pada awal perdagangan hari ini, data Bloomberg pada pukul 08.30 WIB menunjukkan bahwa mata uang Garuda berada di posisi 13.515 per dollar AS, lebih rendah dibandingkan penutupan kemarin pada 13.472.

Sementara itu, rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa kemarin berada di level 13.495 per dollar AS, dibandingkan sebelumnya di level 13.492. (Seno Tri Sulistiyono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com