Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arab Saudi Tengah "Bokek"?

Kompas.com - 10/08/2015, 15:22 WIB
KOMPAS.com — Negara produsen minyak bumi terbesar dunia, Arab Saudi, kemungkinan besar tengah "bokek" alias "tak punya uang". Pemicunya, tulis laman Bloomberg pada Senin (10/8/2015), adalah harga minyak bumi dunia yang melorot.

Kondisi di atas, menurut para analis, membuat Arab Saudi harus meningkatkan cadangan dananya. Kemungkinan terbesar, Arab Saudi harus meminjam uang dari investor-investor asing.

Hari ini, harga minyak mentah Brent menyentuh posisi 48,61 dollar AS per barrel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ada di posisi 43,87 dollar AS per barrel. Penurunan ini terjadi pada bulan keenam pada tahun ini. Akhir Juni lalu, harga minyak bumi masih bertengger di posisi 107 dollar AS per barrel.

Lantaran harga minyak yang terus menyusut, Arab Saudi mesti merogoh kocek lebih dalam. Sejauh ini, cadangan devisa Arab Saudi tergerus hingga 62 miliar dollar AS. Pada Juli 2015, Arab Saudi sudah meminjam 4 miliar dollar AS dari bank-bank lokal. Kebijakan peminjaman itu merupakan yang pertama sejak pemerintah melakukan hal serupa pada 2007.

Saat ini, Arab Saudi ditengarai mengalami defisit anggaran mencapai 20 persen dari produk domestik bruto (GDP). Kondisi ini terbilang luar biasa bagi sebuah negara yang terbiasa mengalami surplus pendapatan.

Sampai dengan akhir 2015, pemasukan pemerintah bakal susut hingga 82 miliar dollar AS. Angka ini setara dengan 8 persen GDP. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksikan, defisit anggaran Arab Saudi akan berlangsung hingga 2020.

Arab Saudi menyandarkan 80 persen pemasukannya dari minyak bumi. Sebagai pemimpin Organisasi Negara  Pengekspor Minyak (OPEC), Arab Saudi tak ingin memangkas produksi minyaknya.

Lebih lanjut, menurut Fahad al-Mubarak dari Badan Moneter Arab Saudi, negerinya punya kemungkinan besar meminjam dana dari sejumlah investor. Menurut perhitungan, Arab Saudi bisa mengeluarkan surat utang senilai 5 miliar dollar AS tiap bulan sampai dengan akhir 2015.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com