Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YLKI: Pemerintah Tak Berdaya Berhadapan dengan Pelaku Pasar Daging

Kompas.com - 11/08/2015, 10:53 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengkritik pemerintah atas kenaikan harga daging sapi hingga mencapai Rp 120.000-140.000 per kilogram. Menurut YLKI, pemerintah nampak tak berdaya dengan kondisi harga daging sapi saat ini.

"Pemerintah seperti tidak berdaya berhadapan dengan pelaku pasar daging sapi. Terbukti, harga daging sapi bukannya turun selepas Lebaran, sebagaimana dijanjikan pemerintah," ujar Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi kepada Kompas.com, Jakarta, Selasa (11/8/2015).

Tulus mengatakan, pemerintah harus segera bertindak tegas agar harga daging sapi bisa kembali turun. Harga normal daging sapi di pasaran menurut Tulus yaitu sekitar Rp 80.000 per kilogram.

Berbagai cara menurut YLKI bisa dilakukan pemerintah mulai dari menindak tegas pelaku usaha, pedagang besar dan importir nakal yang digoda yang menyebabkan harga daging mahal, hingga pemberian subsidi atau insentif kepada peternak sapi lokal sehingga produksinya meningkat.

"Dengan begitu sehingga kita tidak perlu impor, dan mampu berdaulat daging sapi. Tanpa subsidi dan insentif pada peternak sapi lokal, maka kita akan terus bergantung pada daging sapi impor," kata dia.

YLKI juga mengimbau agar konsumen tidak perlu panik dengan melambungnya harga daging sapi. Menurut YLKI, masih banyak sumber-sumber protein lainnya yang bisa dikonsumsi, seperti daging ayam, daging kambing, ikan, telur bahkan tempe dan tahu.

baca juga: Pemerintah Buka Kemungkinan Impor Sapi Selain dari Australia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com