Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Bidang Ekonomi Diminta Pulihkan Daya Beli dan Dorong Sektor Riil

Kompas.com - 13/08/2015, 09:13 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pekerjaan rumah pertama yang harus diselesaikan para menteri baru dalam tim ekonomi Kabinet Kerja adalah memulihkan daya beli masyarakat. Selanjutnya, mendorong agar sektor riil bisa bangkit kembali.

"Kalau sektor riil terus terpuruk, siapa yang akan menyiapkan lapangan kerja? Pemerintah enggak bisa menyiapkan itu, pemerintah hanya bisa menarik lapangan kerja dari PNS," kata Direktur Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Enny Sri Hartati di Jakarta, Kamis (13/8/2015) malam.

Menurut dia, kebangkitan sektor riil, termasuk kebangkitan dunia industri akan mendorong pertumbuhan lapangan kerja. Kendati demikian, pemerintah dinilainya harus berperan dalam mencegah potensi ancaman pemberhentian karyawan secara massal.

"Kita tidak mungkin menyerahkan itu pada pengusaha karena mereka juga menghadapi berbagai tekanan high cost ekonomi. Sekarang bagaimana mulai diuraikan mana tekanan high cost ekonomi yang bisa dilakukan penurunan," tutur Enny.

Ia berharap menteri koordinator bidang ekonomi yang baru bisa saling bekerjasama sehingga kebijakannya bisa saling terintegrasi.

Menko Oerekonomian kini dijabat Darmin Nasution, serta Rizal Ramli menjabat Menko Bidang Kemaritiman. Darmin menggantikan Sofyan Djalil, sedangkan Rizal menggantikan Indroyono Soesilo.

Sementara itu, pekerjaan rumah terberat bagi Menteri Perdagangan baru adalah menghadapi kebijakan devaluasi Tiongkok. Enny memprediksi kebijakan ini berdampak langsung terhadap serbuan barang-barang impor dari Tiongkok.

Terkait pencopotan dua Menko bidang perekonomian, Enny berpendapat bahwa Presiden Joko Widodo memandang persoalan ekonomi yang terjadi merupakan dampak kurangnya jiwa kepemimpinan Menko dalam mengkoordinasikan antarkementerian.

Ibaratnya permainan orkestra, dua menko yang diganti itu dinilai kurang mampu menjadi dirigen yang memandu jalannya permainan. Padahal, menurut Enny, pelaku dunia usaha tidak menilai siapa yang salah atau benar dalam mengambil kebijakan.

Pelaku dunia usaha menilai kebijakan kongkret apa yang bisa segera dilakukan untuk mengatasi berbagai sumbatan atau pelemahan ekonomi nasional.

"Nah, ini yang memang nanti jadi pertaruhan, apakah test case Presiden ini betul atau tidak," ujar dia.

"Ini kan hampir semua sektor tidak jalan, mengalami stagnansi, baik di sektor industri, sektor-sektor properti juga mulai gundah, padat karya dan manufaktur ini kegundahannya sejak akhir 2014. Sekarang tidak lagi perlu konsep dari pemerintah, tetapi insentif, debirokratisasi dan deregulasi apa dari pemerintah yang akan dilakukan untuk mengatasi berbagai macam persoalan itu," tutur Enny.

Kompas TV Presiden Lantik 6 Menteri Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com