Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Dekati 14.000, BI Sebut karena The Fed Ragu-Ragu

Kompas.com - 21/08/2015, 15:35 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Otot rupiah kian loyo. Hari ini saja, nilai tukar mata uang garuda itu terhadap dollar AS mendekati level psikologis 14.000. Data Bloomberg pada pukul 11.45 WIB menunjukkan, mata uang Garuda anjlok ke posisi 13.963 per dollar AS, dibandingkan penutupan kemarin pada level 13.885.

Bank Indonesia (BI) mengatakan, penyebab pelemahan rupiah masih sama yaitu karena tekanan ekonomi global. Namun, BI melihat adanya ketidakpastian baru yang diciptakan bank sentral Amerika Serikat (AS) yaitu The Fed lantaran dinilai ragu menikah suku bunga.

"Ada ketidakpastian lain lagi kan, yang tadinya The Fed itu mau September menaikan suku bunga, tetapi kalau kemarin lihat statement-nya (Komite Pasar Terbuka Federal/FOMC), sepertinya ragu-ragu dan menunda tidak September. Jadi ada ketidakpastian lagi," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Kantor BI, Jakarta, Jumat (21/8/2015).

Selain karena kembali adanya Ketidakpastian di pasar akibat pernyataan The Fed, BI mengatakan pelemahan rupiah juga masih dipengaruhi keputusan Tiongkok mendevaluasi yuan.

Lebih lanjut dia berharap , masyarakat harus melihat pelemahan rupiah saat ini secara menyeluruh. Pasalnya, pelemahan mata uang juga terjadi hampir di semua negara kawasan Asia-Pasifik.

Menurut Tirta, jika tak melihat pelemahan nilai tukar mata uang secara komprehensif, maka masyarakat tak memiliki persepsi yang menyeluruh terhadap kondisi rupiah saat ini. "Lihat juga Malaysia juga melemah, Singapura dollar juga melemah, dan Australia juga juga cukup tajam, bahkan New Zealand dollar juga sangat tajam," kata dia.

Sebelumnya, dalam risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 28-29 Juli, para pejabat The Fed mempertimbangkan pelemahan di pasartenaga kerja dan perlambatan ekonomi Tiongkok dalam menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam lebih dari sembilan tahun.

"Sebagian besar menilai bahwa persyaratan untuk memperkuat kebijakan belum tercapai, namun mereka mencatat bahwa kondisi-kondisinya mendekati titik itu," sebut laporan The Fed Rabu (19/8/2015) waktu setempat.

Peserta pada pertemuan tersebut umumnya sepakat bahwa kondisi pasar kerja telah membaik, tetapi beberapa pejabat mencatat bahwa beberapa hal masih terlihat lemah. Hal tersebut merujuk pada fakta tingginya jumlah pekerja yang tidak aktif mencari pekerjaan serta tingginya pangsa karyawan yang bekerja paruh waktu karena alasan ekonomi.

Perlambatan di Tiongkok dan gejolak keuangan akibat pasar ekuitas Tiongkok anjlok, juga menjadi perhatian The Fed "Sedangkan penurunan pasar saham Tiongkok baru-baru ini tampak memiliki implikasi terbatas untuk prospek pertumbuhan diTiongkok hingga saat ini, beberapa peserta mencatat bahwa pelambatan material dalam kegiatan ekonomi Tiongkok bisa menimbulkan risiko untuk prospek ekonomi AS," sebut risalah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com