Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiongkok Bikin Bursa Saham AS "Jeblok"

Kompas.com - 22/08/2015, 08:59 WIB
NEW YORK, KOMPAS.com - Saham-saham di Wall Street anjlok lebih dari tiga persen pada perdagangan Jumat (21/8/2015) waktu setempat (Sabtu pagi WIB). Masalah ekonomi Tiongkok memicu aksi jual besar-besaran dua hari berturut-turut.

Dalam sesi tunggal terburuk dalam hampir empat tahun, Dow Jones Industrial Average kehilangan lebih dari 500 poin atau 3,12 persen sedangkan indeks lebih luas S&P 500 merosot 3,19 persen dan indeks komposit Nasdaq turun 3,52 persen.

Kemerosotan itu menyusul penurunan serupa di pasar Asia dan Eropa, di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa pelambatan Tiongkok akan menahan pertumbuhan di seluruh dunia dan bahkan memukul ekonomi Amerika Serikat yang relatif kuat.

Memimpin penurunan di antara perusahaan terkemuka adalah perusahaan terbesar di dunia berdasarkan valuasi pasar Apple, yang kehilangan 6,1 persen atau sekitar 37 miliar dollar AS. Saham Apple jatuh 4,6 persen menjadi 107,44 dollar AS.
Tetapi penurunan menjalar ke seluruh papan teknologi, energi, industri, dan perusahaan pembiayaan.

Semua terpapar signifikan penurunan yang dipimpin Tiongkok dalam ekonomi global: Microsoft kehilangan 5,7 persen, Chevron turun 4,4 persen, Bank of America merosot 3,7 persen, Boeing berkurang 3,9 persen, dan General Motors jatuh 4,0 persen.

Dow Jones Industrial Average, yang didukung serangkaian rekor tertinggi tahun ini, berakhir turun 530,94 poin menjadi 16.459,75.

Aksi jual selama dua hari menghapus keuntungan yang dibuat pada selama tahun 2015 ini, membuat indeks 30 saham unggulan (blue chips) -- dengan Apple terbesar -- ke level terendah sejak Oktober tahun lalu.

Indeks S&P 500 kehilangan 64,84 poin menjadi 1.970,89, juga membawanya kembali ke posisi Oktober lalu. Sedangkan indeks komposit Nasdaq, yang telah mencatat keuntungan terkuat tahun ini, merosot 171,45 poin pada 4.706,04, sekitar 30 poin di bawah posisi akhir 2014.

"Sentimen bergeser dalam cara yang sangat negatif dan Anda benar-benar melihat tidak ada tempat untuk bersembunyi hari ini," kata David Levy dari Kenjol Capital Management.

Dia mengatakan aksi jual itu berlebihan tetapi menambahkan bahwa, tanpa berita positif, tidak ada alasan bagi pembeli untuk masuk. "Anda harus menjaga sabuk pengaman Anda," katanya.

Patrick OHare dari Briefing.com mengatakan bahwa yang mendasari aksi jual karena investor kehilangan kepercayaan pada kemampuan bank-bank sentral dari Beijing hingga Washington menggunakan kebijakan moneter mereka untuk merangsang pertumbuhan.

Tetapi OHare juga menunjuk valuasi terlalu tinggi untuk saham AS baru-baru ini memberikan prospek pertumbuhan moderat dalam ekonomi AS.

Intensitas aksi jual sama dengan di Eropa, di mana indeks utama kehilangan antara 2,8 persen hingga 3,2 persen.

"Kami memiliki situasi ekonomi yang menantang di Tiongkok, yang kini telah mengambil langkah ekstrem mendevaluasi mata uangnya untuk mendukung ekonomi. Pelemahan itu merambah melalui pasar negara-negara berkembang dan sektor industri global," kata Lisa Emsbo-Mattingly, direktur alokasi aset di Fidelity, dalam catatan untuk nasabahnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP/ANTARA
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Whats New
Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Whats New
Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Whats New
Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com