Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Tuding The Fed sebagai Penyebab Bergejolaknya Bursa Global

Kompas.com - 28/08/2015, 14:35 WIB
KOMPAS.com - Pejabat senior bank sentral China menyalahkan langkah Federal Reserve sehubungan dengan bergejolaknya pasar finansial global beberapa pekan belakangan ini.

Sebagaimana dikutip dari Reuters, Jumat (28/8/2015), Kepala Riset Institut Keuangan dan Perbankan bank sentral China, Yao Yudong menyatakan bergolaknya pasar finansial beberapa waktu terakhir ini dipicu oleh antisipasi investor terhadap rencana penaikan suku bunga acuan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed).

Menurut Yao Yudong, The Fed seharusnya menunda rencana tersebut guna memberi kesempatan pasar di negara-negara berkembang untuk mempersiapkan diri. Dia juga menyerukan agar semua pihak tidak mengkambing-hitamkan langkah Beijing yang melakukan devaluasi yuan sebagai pemicu kekacauan di pasar finansial.

"Langkah China melakukan reformasi mata uang tidak memiliki korelasi dengan volatilitas pasar. Justru gejolak disebabkan oleh rencana kebijakan moneter The Fed. Namun justru kami yang disalahkan," kata Yao.

Pernyataan Yao tersebut berbeda dengan komentar para analis, yang menilai bahwa gejolak yang terjadi di pasar akibat kekhawatiran pemodal terhadap perekonomian China yang melambat secara signifikan. Hal itu berdampak terhadap perekonomian global dan memukul harga komoditas.

Yao mengatakan bahwa perekonomian di negaranya tetap pada jalur yang sesuai, meskipun banyak negara berkembang bakal mengalami kesulitan ekonomi saat The Fed menaikkan suku bunga acuannya.

"Karena itu kami berharap agar Federal Reserve bisa menunda rencananya untuk menaikkan suku bunga acuan. Mereka seharusnya tidak hanya mengacu pada perekonomian AS semata, namun juga perekonomian global," lanjut dia.

Sebelumnya, Presiden Federal Reserve New York William Dudley mengakui bahwa kebijakan yang diambil The Fed akan berdampak secara global. Namun demikian, bank sentral AS tetap akan fokus pada perekonomian dalam negerinya.

Sementara itu sejumlah sumber Reuters menyebut bahwa China terkaget-kaget bahwa kebijakan melemahkan nilai tukar yuan direspon secara global.

Indonesia juga terkena dampak dari bergejolaknya pasar dalam waktu belakangan ini. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melorot hingga menembus Rp 14.000 per dollar AS. Selain itu indeks di pasar modal Indonesia juga melemah hingga menyentuh level psikologis 4.100 dari titik tertingginya 5.500.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com