Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanam Yakon Obat Diabetes, Andy Raup Omzet Rp 150 Juta

Kompas.com - 02/09/2015, 11:29 WIB

KOMPAS.com - Tanaman yakon memiliki khasiat bagi kesehatan manusia. Tanam asal pegunungan Andes ini bisa mengobati penyakit diabetes. Tanaman yang populer dengan sebutan pohon insulin ini juga memiliki nilai ekonomis tinggi. Dari hasil panen yakon, pembudidaya bisa meraup omzet Rp 150 juta per bulan.

Anda pernah mendengar tanaman yakon? Jika belum, sebaiknya Anda harus mengenal tanaman yang satu ini. Sebab, tanaman yakon atau insulin memiliki khasiat bagi kesehatan manusia. Daun yakon dipercaya bisa mengobati penyakit diabetes.

Yakon (Smallanthus sonchifolia) merupakan tanaman asal Pegunungan Andes, Peru, Amerika Selatan. Tanaman yakon termasuk anggota keluarga bunga matahari dengan daun mirip seledri yang dapat tumbuh hingga tiga meter.

yakon bisa diolah menjadi aneka makanan dan minuman seperti teh, sirup, puding, dan selai. Daun yakon kaya dengan insulin. Kandungan fruktosa yakon terdiri atas 35 persen fruktosa bebas dan 25 persen fruktosa terikat. Kandungan fruktosa itu yang mencegah penderita diabetes dari hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi.

Salah satu pembudidaya yakon adalah Anto Widy asal Wonosobo, Jawa Tengah. Ia menanam yakon di lahan seluas 1.000 meter persegi sejak 2012. Anto menjual tanaman ini ke para produsen obat herbal secara online. Pelanggannya menyebar di seluruh wilayah Indonesia seperti, Jakarta, Bandung, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua.

Menurut Anto, masa panen daun yakon bisa terjadi dalam dua bulan hingga tiga bulan sekali sejak masa tanam. Selanjutnya, daun yakon bisa dipanen setiap tiga minggu sekali. "Tahun ini musim kemaraunya panjang, sudah satu bulan sejak pertama kali tanam, daunnya masih kecil-kecil," ujar Anto.

Anto menambahkan, proses pemetikan daun akan berlangsung selama enam kali hingga delapan kali masa petik, jika yakon ditanam sebelum musim penghujan. Sebab, jika yakon ditanam menjelang musim kemarau, proses pemetikannya hanya berlangsung empat kali. Sekali panen, Anto dapat memetik 1 ton daun yakon.

Harga jual daun dan serbuk yakon terbilang tinggi. Anto biasa menjual daun yakon Rp 200.000 per kilogram (kg). Sementara dalam bentuk serbuk, harganya dibanderol Rp 400.000 per kg. Dalam sebulan, Anto bisa menjual 70 kg. Dengan penjualan sebanyak itu, ia bisa meraup omzet Rp 20 juta per bulan dengan laba Rp 12 juta.

Pembudidaya yakon lainnya adalah Roni Prananta asal Yogyakarta. Dia menanam yakon sejak 2012 di atas lahan seluas 200 meter persegi di kawasan Bantul dan Gunung Lawu. Roni dibantu oleh dua orang petani lain untuk membudidayakan yakon.

Roni bilang, untuk menanam yakon hingga masa panen, butuh waktu 6 bulan-8 bulan. Sekali panen, ia bisa memetik 400 kg daun dan 300 kg umbi basah yakon. Roni menjual daun kering yakon seharga Rp 400.000 per kg dan umbi basah Rp 50.000 per kg. Sekali panen, Roni bisa meraup omzet lebih dari Rp 150 juta. (Merlina M. Barbara)        

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Teten Minta Wajib Sertifikat Halal UMKM Ditunda, Mendag: Kita Harus Latih

Teten Minta Wajib Sertifikat Halal UMKM Ditunda, Mendag: Kita Harus Latih

Whats New
Info Lengkap Syarat dan Cara Membuka Tabungan BNI Haji

Info Lengkap Syarat dan Cara Membuka Tabungan BNI Haji

Spend Smart
Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Whats New
Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Whats New
Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Earn Smart
TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com