Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negera G20 Sedang Tidak "Mood"

Kompas.com - 07/09/2015, 20:23 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro baru saja pulang dari pertemuan petinggi negara-negara G20 di Ankara, Turki. Namun kata dia, negara-negara G20 justru tak ada dalam mood yang baik karena pertemuan tersebut diadakan di tengah kondisi perekonomian global yang sedang melemah. "Kita sedikit bicara makro. Saya baru kembali dari Turki G20, istilahnya mood-nya, dua hari pertemuan kemarin, memang boleh dibilang bukan mood yang menyenangkan. Tidak ada satu pun negara yang bilang bahwa ada harapan untuk tahun ini," ujar Bambang di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (7/9/2015).

Menurut dia, tahun ini hampir semua negara sepakat bahwa pertumbuhan global akan lebih rendah dari tahun lalu. Selain itu, Amerika juga masih maju mundur soal menaikkan tingkat suku bunga, meskipun IMF sudah memberikan saran supaya dilakukan awal tahun depan dengan kenaikan yang kecil.

Sementara itu, lanjut Bambang, China masih melihat devaluasi yang dilakukan merupakan salah satu solusi mengatasi problem pertumbuhan ekonominya yang melemah. "Eropa dan Jepang pun juga tidak ada mood bagus. Jadi memang kondisi global memang sangat berat," kata dia.

Soal harga komoditas, kata Bambang, semua negara G20 sepakat bahwa harga komoditas sulit kembali ke harga seperti tahun 2011. Kalau pun membaik, lanjut dia, paling tidak hanya membaik sedikit. Apalagi, kondisi itu ditambah dengan harga minyak yang relatif rendah. "Jadi memang kalau kami lihat, mood-nya kemarin ini agak berat, dan juga karena G20 bukan forum yang sifatnya mengikat, maka tidak ada, misalnya gerakan bersama-sama untuk bisa mengatasi masalah global," ucap Bambang.

Tahun ini, pertumbuhan ekonomi global diprediksi 3,2 persen, atau lebih rendah tahun lalu 3,4 persen. Sedangkan IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan lebih baik yaitu 3,8 persen.

Asumsi IMF tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa Amerika akan membereskan atau mulai merealisasikan kebijakan moneter. Kemudian, China akan menyetop devaluasinya karena devaluasi itu sudah di level yang diinginkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com