Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina: Boleh Tidak Kami Tutup Layanan Avtur di Bandara Kecil?

Kompas.com - 13/09/2015, 18:20 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang mengatakan bahwa Pertamina harus melakukan subsidi silang agar tetap dapat melayani bandara-bandara kecil yang tidak ekonomis dan tidak dilirik oleh swasta. Hal itu menjadi salah satu alasan mengapa harga avtur Pertamina lebih mahal dibandingkan harga avtur internasional.

"Boleh saja dibuka untuk pemain asing. Namun coba tanyakan, mau/tidak mereka masuk ke bandara-bandara yang kecil dan rugi? Atau boleh/tidak Pertamina menutup pelayanan avtur di bandara-bandara kecil yang masih rugi?" kata Ahmad kepada Kompas.com di Jakarta, Minggu (13/9/2015).

Ahmad mengatakan, pelayanan pada bandara-bandara kecil itu dilakukan dengan konsekuensi harga avtur menjadi lebih mahal. Menurut dia, subsidi silang ini akan terus dilakukan mengingat pemerintah berencana meningkatkan konektivitas antarwilayah. Misalnya, wilayah Papua akan dikembangkan agar tiap kabupaten memiliki lapangan udara.

"Harga avturnya mau berapa di sana jika tidak disubsidi? Padahal avtur tidak termasuk BBM (bahan bakar minyak) subsidi," ucap Ahmad.

Menurut Ahmad, Pertamina sempat berencana menutup empat depot pengisian pesawat udara (DPPU), yakni di Bandara Mamuju, Luwuk, Pinangsori, dan Silangit. Namun, kata dia, otoritas bandara dan Kementerian Perhubungan keberatan akan hal itu.

"Coba deh minta pemain asing masuk di sini. Masih banyak bandara-bandara kecil yang rugi di luar empat bandara tersebut, antara lain Pangkal Pinang, Labuhan Bajo, Berau, dan lain-lain," kata Ahmad.

Sabtu (12/9/2015) kemarin, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meminta agar Pertamina menurunkan harga avtur. Menurut dia, harga avtur Pertamina saat ini lebih mahal 20 persen dibandingkan harga internasional.

Jonan menyebutkan bahwa 50 persen biaya operasional pesawat di Indonesia tersedot untuk pembelian avtur. Oleh karena itu, mahalnya harga avtur akan sangat membebani maskapai.

"Kalau mau mendorong pariwisata, meningkatkan jumlah penumpang pesawat, atau mobilitas lebih tinggi, kalau mau harga tiket pesawat kompetitif, ya bahan bakar harus turun," kata Jonan. (Baca: Menurut Jonan, Harga Avtur Pertamina Buat Maskapai Indonesia Tak Bisa Bersaing)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com