Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paket Kebijakan Ekonomi Dinilai Tidak Ada Greget

Kompas.com - 20/09/2015, 14:51 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah beberapa waktu lalu dinilai tidak cukup mampu memberi keyakinan kepada masyakarat. Pasalnya, paket kebijakan itu baru berupa perbaikan regulasi semata.

"Iya enggak ada gregetnya. Ini kan memang belum riil apa sih kebijakannya. Dari sekian banyak aturan itu yang mesti dibenerin. Ini kan baru sekedar peraturan dan dampaknya belum dirasakan oleh masyakarat. Sekarang ini yang dibutuhkan yang bener benar masyakarat itu bisa merasakannya," ujar Kepala Kajian Kemiskinan dan Perlindungan Sosial LPEM UI Teguh Dartanto di Jakarta, Minggu (20/9/2015).

Menurut dia, penyaluran dana yang menjadi prioritas paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah bukanlah kebijakan baru. Kebijakan itu dinilai hanya memiliki skema dan nama yang berbeda saja dari kebijakan serupa pemerintahan lalu.

"Dulu ada subsidi desa walaupun diberikan oleh pemerintah daerah, kalau sekarang kan oleh pemerintah pusat. Dari pusat turun ke desa, jadi ini hanya sekedar menggantikan saja. Memang jumlahnya lebih besar, Rp 20 triliun ini bukan duit baru. Dulu juga sudah ada. Jadi belum terasa lebih nendang gitu," kata dia.

Satu hal yang menjadi halangan kebijakan penyaluran dana desa kata Teguh yaitu masih rendahnya serapan anggaran di tingkat daerah. Masih mengendapnya Rp 273 triliun dana di daerah menjadi fakta sahih belum maksimalnya penyerapan anggaran yang sudah diberikan pemerintah pusat.

Dia menjelaskan, belum terserapnya dana sebesar itu lantaran para pejabat daerah ketakutan dipidanakan akibat penyerapan anggaran tersebut. Saat ini kata dia, aturan tender proyek sangatlah ketat.

"Misalnya 'kalau ini saya mau inovasi dan akrobat', ya takut juga kan karena banyak juga kasus yang lakukan inovasi penyerapan anggaran di perkarakan. Presiden sudah beri jaminannya dengan syarat keputusan bersama tapi yang di bawah itu yang kaya begitu tadi (ketakutan)," kata dia.

Seharusnya ucap Teguh, pemerintah membuat program-program padat karya musiman. Misalkan, saat musim kemarau ada program-program kerja kontrak bagi petugas kebersihan di berbagai daerah. Menurutnya hal itu langsung menyerap tenaga kerja dan berguna untuk mencegah banjir di saat musim hujan nanti.

"Saya salut sama Pemda DKI, sekarang DKI punya banyak pekerja kontrak kebersihan kan, ini kan bentuk antisipasi banjir musim hujan nanti. Yang begini-begini padat karya," ucap dia.

Lantaran paket kebijakan belum jelas, Teguh menilai masih perlu ada paket kebijakan susulan. Namun dia menegaskan paket kebaikan tersebut harus lebih terukur dan jelas kapan akan dikeluarkan sehingga pasar tak menunggu dalam ketidakpastian.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui, paket kebijakan yang diumumkan pemerintah belum cukup jelas. Pelaku usaha khususnya masih menunggu rincian deregulasi dan debirokratisasi dari Kementerian/Lembaga yang berkepentingan. "Saya akui pengumuman kita mengenai paket kebijakan di sana-sini enggak cukup jelas," kata Darmin di Jakarta, Jumat (18/9/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com