"Ketidakpastian akan terus timbul, apalagi kemarin Janet Yelen (Gubernur The Fed) bilang ada kemungkinan Oktober akan naik (suku bunga AS). Tapi beberapa anggota The Fed lainya mengatakan 'kalau enggak akhir tahun 2015, ya 2016 lah'," ujar Ekonom Destry Damayanti di Jakarta, Minggu (20/9/2015).
Destry sendiri menilai, kenaikan suku bunga acuan AS tak mungkin dilakukan pada 2015 ini. Alasannya sederhana, AS tutur dia, begitu was-was dengan kondisi ekonomi Tiongkok yang menurun padahal segala upaya terus diusahakan negeri tirai bambu itu, termasuk melakukan devaluasi yuan.
Bahkan lanjut mantan Kepala Ekonom Bank Mandiri itu, Tiongkok akan terus berusaha keras menaikan daya saing barang ekspornya dengan melakukan devaluasi yuan susulan. Saat ini, upaya yang dilakukan Tiongkok belum ampuh mendorong pertumbuhan ekonominya yang ikut melemah.
Sementara itu, negara-negara lain yang menjadi pesaing Tiongkok dalam dalam hal perdagangan, Jepang dan Korea, nilai tukar mata uangnya terhadap dollar lebih rendah ketimbang yuan Tiongkok.
Akibatnya, harga barang ekspor kedua negara Asia Timur itu lebih kompetitif ketimbang Tiongkok. "Kalau ini terjadi (devaluasi yuan susulan), maka AS dan Eropa akan terkena dimana barang Tiongkok akan masuk karena harganya lebih kompetitif (murah)," kata Destry.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.