Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patimban Jadi Pelabuhan Pengganti Cilamaya?

Kompas.com - 28/09/2015, 10:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Lokasi pengganti pelabuhan Cilamaya masih terus dikaji. Dari pelaksanaan pra studi kelayakan atau pra feasibility study (FS) yang selesai pada bulan September ini, ditetapkan ada enam lokasi alternatif, yakni Tarumanagara Bekasi, Pusakajaya Karawang, Patimban Subang, Eretan, dan Balongan di Indramayu serta pelabuhan Cirebon.

Dari keenam usulan lokasi tersebut, wilayah yang cocok untuk dibangun pelabuhan sebagai pengganti Cilamaya adalah Patimban. Dibandingkan dengan lokasi alternatif lainnya, pantai Patimban tidak terlalu banyak area offshore atau anjungan lepas pantai sehingga tidak membahayakan keamanan.

Seperti diketahui, dalam perencanaan membangunan pelabuhan Cilamaya banyak pihak yang khawatir akan mengganggu produksi minyak dan gas di Offshore North West Jawa (ONWJ) milik PT Pertamina. Di tempat itu, produksi minyak dapat mencapai 40.000 barrel per hari serta produksi gas mencapai 180 Million Metric Cubic Feet per Day (MMSCFD).

Di samping itu, Pemerintah Deerah (Pemda) Patimban juga sangat mendukung dengan kesanggupan untuk membangun infrastruktur penunjang. "Yang memungkinkan (dibangun pelabuhan) Patimban, karena dari sisi risiko lebih kecil," kata Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Tonny Budiono, akhir pekan lalu.

Bila dilihat dari sisi ketahanan pangan dan keamanan lingkungan, wilayah Patimban tidak ada areal persawahan seperti di Cilamaya yang termasuk dalam lumbung beras nasional. Wilayah Patimban menurut Tonny bukan termasuk wilayah konservasi hutan lindung, sehingga masih aman.

Meski tidak merinci, Tonny bilang jarak antara pelabuhan Patimbang relatif dekat dengan kawasan industri di Cikarang. Dengan kondisi tersebut, maka distribusi barang akan lebih efektif dan efisien.

Rekomendasi pembangunan pelabuhan pengganti Cilamaya sendiri sudah dilaporkan ke Menko Maritim dan Wakil Presiden. "Setelah ini kita akan memulai melakukan FS dari usulan pelabunan pengganti Cilamaya itu," kata Tonny.

Tonny menyadari, untuk dapat segera direalisasikan masih perlu waktu yang sangat panjang dalam membangun pelabuhan pengganti Cilamaya. Pasalnya, bila feasibility study selesai dilakukan, tahapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah Detail Engineering Design (DED) serta Analisis dampak lingkungan (Amdal).

Hariyadi Sukamdani Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan, sah-sah saja pemerintah melakukan pengkajian lokasi baru atas perubahan pembangunan pelabuhan Cilamaya. Namun, pihaknya menyoroti terkait dengan fasilitas pendukung yang harus disediakan.

Selain itu, dengan perubahan lokasi yang dilakukan tersebut membutuhkan waktu yang lama lagi untuk dapat segera direalisasikan. (Handoyo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com