Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tutup Defisit Rp 15 Triliun, Pertamina Ingin Bebas Setoran Dividen

Kompas.com - 02/10/2015, 17:21 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto memilih dibebaskan setoran dividen tahun ini apabila pemerintah memberikan opsi Penyertaan Modal Negara (PMN) atau pengurangan dividen, guna menutup defisit Rp 15 triliun yang ditanggung perseroan.

“Oh, ya penurunan dividen lah yang bagus,” kata Dwi ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (2/10/2015).

Dwi mengatakan, sebagai korporasi boleh-boleh saja Pertamina berharap pemerintah membebaskan kewajiban setoran dividen. “Tapi itu kan keputusan pemegang saham,” kata Dwi.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015, setoran dividen dari Pertamina diperkirakan mencapai Rp 9,6 triliun.

Dwi berharap, setoran tersebut bisa ‘dinolkan’. Sebab, defisit yang ditanggung pun lebih besar dari itu, yakni mencapai Rp 15 triliun. “Ya kalau kita harapkan harapkan tentu sebaik mungkin. Tapi kan kita tentu harus memahami kondisi negara seperti apa,” kata Dwi.

Wacana pemerintah untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) tak dipungkiri Dwi akan menambah defisit saat ini. Akan tetapi, dia juga bilang sejauh Pertamina masih memiliki laba, peluang menurunkan harga BBM tetap terbuka.

Hingga Agustus 2015, profit Pertamina sudah tergerus sebesar defisit yakni Rp 15 triliun. Profit Pertamina yang harusnya mencapai sekitar Rp 25 triliun, pada Agustus hanya sekitar Rp 10,9 triliun atau 840 juta dollar AS (kurs 13.000).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com