Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PDI-P: Gubernur BI kalau Sudah Frustrasi Lebih Baik Mundur

Kompas.com - 04/10/2015, 10:58 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi PDI Perjuangan, Charles Honoris, mempertanyakan sikap Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo yang mengkritik rencana pemerintah untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Agus sebelumnya meminta agar langkah pemerintah untuk menurunkan harga BBM jangan hanya dijadikan sebagai ajang mencari popularitas. Menurut Agus, pemerintah harus konsisten lantaran sudah ada keputusan untuk me-review harga BBM setiap enam bulan atau tiga bulan sekali.

(Baca: Gubernur BI: Rencana Penurunan Harga BBM Jangan untuk Cari Popularitas)

"Itu merupakan pernyataan seorang yang frustrasi yang sedang mencari perhatian. Bukannya lebih melakukan tindakan-tindakan strategis agar rupiah kembali menguat malah Agus ikut-ikutan berkomentar bak politisi di media," kata Charles dalam keterangan tertulisnya, Minggu (4/10/2015).

Dalam kondisi rupiah yang melemah seperti sekarang ini, sebaiknya Gubernur BI Agus Martowardojo lebih fokus dan lebih serius menjalankan tugasnya. Sebab, Bank Indonesia adalah lembaga yang memiliki kewenangan dan paling bertanggung jawab terhadap kondisi rupiah.

"Semua orang sedang menunggu aksi Gubernur BI agar rupiah kembali kuat karena memang tanggung jawab ini ada di Gubernur BI. Banyak yang menduga bahwa melemahnya rupiah disebabkan sabotase dari dalam. Jangan sampai Gubernur BI dianggap bermanuver untuk kepentingan politik pihak tertentu," ucap anggota Komisi I DPR ini.

Charles pun mencurigai, Gubernur BI mengeluarkan pernyataan provokatif seperti itu karena merasa terganggu dengan usulan PDI-P yang meminta Badan Pemeriksa Keuangan melakukan audit investigatif terhadap BI.

"Kalau memang Gubernur BI sudah tidak mampu dan sedang frustrasi lebih baik mundur saja. Saya mendukung penuh agar BPK segera melakukan audit terhadap BI. UU BI perlu juga direvisi agar BI tidak menjadi lembaga superpower yang sulit diawasi," ucap Charles.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com