"Penguatan rupiah yang terjadi semuanya karena eksternal, bukan internal. Paket kebijakan jilid III belum jelas seperti apa, dan investor enggak membeli kucing dalam karung, walaupun ada indikasi paket itu akan membantu daya beli," ujar Lana, Jakarta, Rabu (7/10/2015).
Dia menjelaskan, faktor eksternal yang mendongkrak rupiah adalah lemahnya data ketenagakerjaan Amerika Serikat sehingga menimbulkan pandangan bahwa The Fed tidak menaikkan suku bunganya.
Menurut dia, investor pada saat ini berkeyakinan bahwa The Fed tidak akan secara agresif dalam menaikkan suku bunganya pada tahun ini. Kalaupun naik, tidak akan pada Oktober ini, tetapi pada Desember 2015.
"Risikonya sudah terukur, kalau naik Desember paling kenaikkan sekitar 10 atau 15 basis poin. Ini hanya menjaga kredibilitas Bank Sentral AS karena awal tahun mereka bilang mau menaikkan suku bunga," ujar Lana.
Lebih lanjut Lana mengatakan, penguatan rupiah harus dimanfaatkan Bank Indonesia untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing, agar laju rupiah semakin menguat dan tidak kembali ke jalur pelemahan.
"Kalau bisa dimanfaatkan untuk intervensi maka rupiah bisa di bawah level Rp 14.000 dan mumpung sentimennya lagi bagus juga, pemerintah segera keluarkan paket kebijakan selanjutnya. Kalau (paket ekonomi jilid III) jadi obat yang ampuh, maka akan direspon positif dari investor," tutur Lana. (Seno Tri Sulistiyono)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.