Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah yang Mengejutkan

Kompas.com - 10/10/2015, 17:17 WIB

KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah menguat tajam sepekan terakhir setelah didera pelemahan selama berbulan-bulan. Banyak yang terkejut, tetapi sebagian lain menganggukkan dagu karena ada banyak sentimen positif dari domestik yang seharusnya bisa memperkuat nilai tukar rupiah.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate pada Jumat (9/10/2015), nilai tukar rupiah ada di level Rp 13.521 per dollar AS. Posisi nilai tukar rupiah itu menguat hingga 8,78 persen selama sepekan. Jumat pekan lalu, nilai tukar menurut kurs referensi Jisdor berada di posisi Rp 14.709 per dollar AS.

Di pasar valuta asing tunai (spot), nilai tukar rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 13.281 per dollar AS. Di tengah tren penguatan mata uang dollar AS yang terjadi sejak 2 tahun belakangan ini, penguatan nilai tukar rupiah menjadi harapan baru. Hingga September lalu, kita masih gamang karena bank sentral AS, The Fed, tidak juga memberikan kejelasan kapan akan menaikkan suku bunga acuan dari posisi 0,25 persen. Suku bunga acuan itu sudah bertahan selama 7 tahun sejak The Fed membuat kebijakan menggelontorkan likuiditas demi mendorong perekonomian.

Ketidakpastian mengenai kapan dan berapa besar kenaikan suku bunga acuan itu adalah salah satu dari beberapa sentimen pasar global yang menyebabkan terjadinya fenomena 'super dollar', yakni terus menguatnya nilai tukar dollar AS terhadap mayoritas mata uang dunia. Selain faktor suku bunga The Fed, sentimen yang juga mendorong penguatan dollar AS adalah kelanjutan utang luar negeri Yunani dan devaluasi mata uang Tiongkok, yuan.

Pelemahan nilai tukar rupiah meningkatkan risiko pada perekonomian nasional di tengah masih melambatnya tren pertumbuhan produk domestik bruto. Risiko itu meningkat karena utang luar negeri korporasi swasta terus meningkat dan industri manufaktur masih bergantung pada bahan baku impor. Dengan nilai tukar rupiah yang melemah, korporasi swasta harus mengalokasikan dana berdenominasi rupiah yang lebih besar untuk membayar cicilan dan bunga utang luar negeri berdenominasi valuta asing.

Data perekonomian AS jugalah yang awalnya memicu pelemahan mata uang dollar AS pekan lalu. Kinerja perekonomian AS selama September lalu hanya menghasilkan 142.000 lapangan kerja baru dari ekspektasi sebanyak 220.000 lapangan kerja baru. Data terbaru itu makin menguatkan sinyal bahwa The Fed akan kembali menunda kenaikan suku bunga acuan tahun 2015 dan mungkin bergeser ke paruh pertama 2016.

Spekulasi itu kemudian menyebabkan banyak investor global kembali ke negara-negara dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang masih menjanjikan, seperti Indonesia. Itu bisa dilihat dari masuknya lagi modal asing ke pasar sekunder surat utang negara dan pasar modal. Pada saat yang sama, banyak investor mulai menimbang makin seriusnya Pemerintah Indonesia, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan dalam menderegulasi sejumlah kebijakan. Kombinasi faktor AS dan makin positifnya sentimen domestik itu mendorong penguatan rupiah yang sangat tajam.

Penguatan rupiah itu sebetulnya bisa dipahami karena dalam beberapa bulan terakhir, pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi juga oleh faktor spekulasi. Nilai tukar rupiah tidak mencerminkan fundamen ekonomi Indonesia. Hal ini antara lain bisa terlihat dari nilai efektif nilai tukar (REER) rupiah yang berada di level 89 atau tergolong terlalu rendah (undervalue) karena berada di bawah 100. Di posisi Rp 13.800, nilai tukar rupiah masih undervalue. Ketika menyentuh Rp 13.500, rupiah pun masih undervalue. Bank Indonesia masih yakin, nilai tukar rupiah yang mendekati nilai fundamen ekonomi Indonesia itu berada di sekitar REER level 97.

Penguatan rupiah diharapkan tidak hanya terjadi sesaat karena investor pasar global menjual valuta asing dalam bentuk dollar AS untuk membeli saham di pasar modal Indonesia. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa hari terakhir. Diharapkan, penguatan terjadi secara berkelanjutan karena investor makin percaya pada kinerja perekonomian nasional dan pemerintah. (A HANDOKO)

---
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Oktober 2015, di halaman 17 dengan judul "Rupiah yang Mengejutkan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com