Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi China Turun ke Level Terendah dalam 6 Tahun

Kompas.com - 19/10/2015, 20:21 WIB

Pertumbuhan ekonomi China terus menciut. Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu tumbuh hanya 6,9 persen dalam periode Juli-September 2015.

Ini merupakan pertumbuhan ekonomi terendah sejak awal 2009. Penyebabnya adalah krisis keuangan global. Pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi China 7 persen. Negara Tirai Bambu ini pernah menikmati pertumbuhan ekonomi double digit.

Melemahnya volume perdagangan dan produksi manufaktur memicu kekhawatiran tentang pemutusan hubungan kerja dan kemungkinan kerusuhan.

Pemerintah telah memangkas suku bunga lima kali sejak November 2014 lalu guna memacu pertumbuhan ekonomi.

Meskipun tidak bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi setinggi sebelumnya, perekonomian China masih tertolong oleh tingkat belanja konsumen yang tinggi.

Data yang dirilis China hari Senin (19/10/2015) menyebutkan belanja konsumen meningkat dalam kuartal lalu.

Penjualan eceran naik dari 10,5 persen bulan Juli menjadi 10,9 persen bulan September. Belanja lewat Internet juga naik 36 persen dalam kuartal itu dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Krisis di sektor properti dan melemahnya ekspor terus menekan pertumbuhan domestik bruto China," kata analis Louis Kuijs dari lembaga Oxford Economics. "Tetapi konsumsi domestik dan pengeluaran di sektor infrastruktur mencegah penurunan ekonomi yang lebih parah," ujarnya.

Melambatnya pertumbuhan China dalam lima tahun ini sebenarnya disebabkan faktor dalam negeri karena pemerintah sedang berusaha menjadikan ekonominya lebih berbasis konsumsi domestik dan layanan industri daripada bergantung pada ekspor dan investasi.

"Semua perkembangan baru ini mengisyaratkan reformasi ekonomi China berjalan lancar," kata Sheng Laiyun, juru bicara badan statistik pemerintah. "Kondisi ekonomi China secara keseluruhan masih kokoh," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com