Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eropa Tetap Memerlukan Minyak Kelapa Sawit dari Indonesia

Kompas.com - 31/10/2015, 22:16 WIB
MILAN, KOMPAS.com - Paparan delegasi Indonesia dalam konferensi sawit Eropa atau European Palm Oil Conference  (EPOC) 2015 di Milan, Italia, membuahkan hasil.

Konferensi yang berakhir pada 29 Oktober 2015 menyimpulkan bahwa mengganti minyak sawit dengan minyak nabati lainnya belum tentu lebih baik bagi kesehatan bahkan berpeluang berdampak lebih buruk dari aspek lingkungan.

Kesimpulan  konferensi itu disampaikan oleh Frans Claasen, pimpinan European Palm Oil Alliance (EPOA) pada penutupan konferensi EPOC 2015. Menurutnya, memboikot sawit bukan merupakan solusi untuk masalah lingkungan.

Hal itu merupakan kemajuan besar dalam menjawab kampanye negatif terhadap sawit Indonesia.

Sebelumnya, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDPS), Dr Bayu Krishnamurti memaparkan di hadapan lebih 300 peserta, tokoh, dan pemangku kepentingan sawit dari berbagai negara Eropa.

Ia menyatakan bahwa sawit Indonesia dikelola berdasarkan prinsip-prinsip lingkungan berkesinambungan dan bertujuan meningkatkan kesejahteraan para petani sekaligus menjaga keamanan bahan pangan bagi Indonesia maupun dunia.

Dalam paparan di konferensi yang diselenggarakan oleh EPOA, Bayu Krishnamurti menjelaskan dalam 35 tahun ke depan saat penduduk dunia mencapai 9.6 miliar orang maka kebutuhan minyak nabati dunia sebesar 20 juta ton pertahun.

Maka minyak sawitlah yang secara efesien akan dapat memenuhi kebutuhan tersebut mengingat kebutuhan lahan sawit saat itu hanya sekitar 52 juta hektar.

Hal ini mengingat efisensi  lahan sawit yang penggunaannya hanya kurang dari sepertiganya dibanding kebutuhan lahan minyak nabati lain seperti rapeseed maupun minyak kedelai.

Eropa merupakan pasar yang utama bagi sawit Indonesia. Pada tahun 2014 telah  mencapai sekitar 3,09 juta ton dengan pintu masuk utama melalui Belanda dan Italia. Eropa merupakan pasar ketiga terbesar setelah India 3,87 juta ton dan ke China 3,2 juta ton.

Bayu juga menjelaskan komitmen Indonesia untuk menjalankan prinsip perkebunan yang berkesinambungan. Hal ini dibuktikan 51 persen dari 2,56 juta ha lahan sawit di dunia yang bersertifikasi CSPO adalah lahan di indonesia.

Peningkatan jumlah lahan bersertifikasi di kalangan petani mencapai 345 persen yakni 145 ribu ha lahan yang dimiliki lebih dari 50 ribu petani pada akhir Oktober 2015 ini.

Menyinggung bahasan kesehatan yang menjadi perhatian konsumen di Eropa, Bayu menjelaskan bahwa kandungan minyak kelapa sawit yang mempunyai kandungan minyak yang baik dalam darah (HDL) selain tidak adanya aturan dari pemerintah manapun yang melarang penggunaan minyak sawit sebagai bahan makanan.

Bayu juga menuturkan manfaat minyak sawit yang digunakan untuk program fortifikasi vitamin A di indonesia yang tekah menurunkan tingkat defisiensi vitamin A sebanyak 18 persen bagi anak dibawah 5 tahun dan 11 persen di kalangan ibu menyusui.

Mengenai kebakaran lahan dan gangguan asap di indonesia, dijelaskan Bayu, bahwa dari data yang menyebutkan 1,7 juta hektare yang terbakar, hanya terdapat 10-20 persen lokasi di sekitar lahan sawit yang terbakar. Ini jauh lebih kecil dibanding angka kebakaran yan terjadi di Kanada yang mencapai 3 juta hektare maupun Amerika Serikat di angka 3,4 juta hektare.

"Masyarakat sawit indonesia sangat terbuka untuk bekerja sama dengan pihak-pihak yang mempunyai teknologi mutakhir untuk pencegahan dan pemadaman lahan yang terbakar," tutup Bayu dalam pemaparannya.(Moko Pamungkas)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com