Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gas Murah untuk Nelayan Tunggu Presiden Teken Perpres

Kompas.com - 09/11/2015, 14:15 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Masyarakat nelayan kecil harus sedikit bersabar untuk dapat menikmati energi murah, berupa elpiji untuk kapal-kapal tangkap. Sebab, sampai hari ini pemerintah belum merampungkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan harga elpiji untuk Kapal Perikanan Nelayan Kecil.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM Wiratmaja Puja dalam paparan Minggu kemarin (8/11/2015) mengatakan, lelang konverter kit untuk nelayan belum bisa dilakukan, lantaran menunggu payung regulasi berupa Perpres. Akibatnya, distribusi pun tidak bisa dilakukan.

“Datanya sudah lengkap, nelayan yang mau kita pilih, kita berikan tahun ini rencananya. Sebetulnya sudah lengkap semua tapi karena dasar regulasinya belum terbit, jadi kami menunggu regulasi,” ujar Wiratmaja.

Bukan hanya Perpres untuk konverter kit nelayan saja yang belum terbit, pemerintah juga belum merampungkan revisi Perpres tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga BBG untuk Transportasi Jalan. Padahal, Wiratmaja menyampaikan, saat ini pihaknya terus menjalankan pembangunan SPBG.

“Dari rencana kita membangun 22 unit tahun ini, sedang dibangun 18 unit. Sedangkan 4 unit lagi tidak bisa dibangun, karena lahan tidak dapat dan gagal lelang. Dari sisi konverter kit memang belum bisa kita lelangkan sampai saat ini, karena menunggu Perpres untuk terbit,” kata Wiratmaja menjelaskan program konversi BBM ke BBG.

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Narmoko Prasmadji berharap, Kementerian ESDM segera merampungkan roadmap konversi BBM ke BBG, dan menyelesaikan standar konverter kit untuk elpiji nelayan, agar program ini berjalan.

“Kami menunggu dari mereka, apakah mereka akan menyelesaikan di tahun ini yang tinggal satu setengah bulan, atau tahun depan,” kata Narmoko, di kantor KKP, Jakarta, Senin (9/11/2015).

Sebagai informasi, program konversi BBM ke BBG untuk nelayan menjadi salah satu fokus dalam paket kebijakan ekonomi yang dirilis September lalu.

Narmoko mengatakan, pihak KKP saat ini masih menunggu kementerian teknis yang mengurusi ‘hulu’ program konversi ini, yakni Kementerian ESDM.

“Kita masih tunggu dari Kementerian ESDM. Tapi saya kira itu tugasnya di Kementerian ESDM. Perpres belum keluar kita tunggu dari mereka hulunya mereka,” kata Narmoko.

Lebih lanjut dia mengingatkan, meskipun penggunaan elpiji bisa membuat biaya energi nelayan lebih murah, namun yang terpenting harus ada jaminan keselamatan, dan jaminan ketersediaan gasnya.

Narmoko menambahkan, KKP menargetkan program konversi ini bisa menyasar nelayan-nelayan dengan kapal berukuran kecil di bawah 5 gross tonage, yang jumlahnya sekitar 1,5 juta nelayan.

“Koordinasi dengan ESDM kita sering rapat. Cuma kan hulunya mereka. Kalau mereka tidak selesaikan soal ini, kita tidak bisa kerja,” kata Narmoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com